Jumat, 28 Februari 2014

MUHASABAH ZAMAN

Aku khawatir terhadap suatu masa yang rodanya dapat menggilas keimanan.
Keyakinan tinggal pemikiran, yang tidak berbekas pada perbuatan.
Banyak orang baik, tapi tidak berakal.
 Ada orang berakal, tapi tidak beriman.
Ada yang berlidah fasih, tapi berhati lalai.. 
 Ada yang khusyuk, tapi sibuk dalam kesendirian.
Ada yang ahli ibadah, tapi mewarisi kesombongan iblis.
Ada yang ahli maksiat, tapi rendah hati bagaikan sufi.
Ada yang banyak tertawa hingga hatinya berkarat, dan.
Ada yang banyak menangis karena kufur nikmat.
Ada yang murah senyum, tapi hatinya mengumpat.
Ada yang berhati tulus, tapi wajahnya cemberut.
Ada yang berlisan bijak, tapi tak memberi teladan.
Ada pezina, yang tampil jadi figur.
Ada yang punya ilmu, tapi tidak paham.
Ada yang paham, tapi tidak menjalankan.
Ada yang pintar, tapi membodohi.
Ada yang bodoh, tapi tak tahu diri.
Ada yang beragama, tapi tidak berakhlak.
Ada yang berakhlak, tapi tidak ber-Tuhan.
Lalu, diantara semua itu.. aku ada dimana?!
(ALI BIN ABI THOLIB, rodhiyaLLohu 'anhu)
"Kehidupan hati, adalah sumber dari segala kebaikan. Kematian hati, adalah sumber dari segala keburukan. Hati tidak bisa hidup dan sehat, kecuali dengan menjadikan Allah Swt, sebagai Rabbnya, Tujuan hidupnya, dan Sesuatu yang paling dicintainya." (Ibnul Qoyyim Al-Jauziyah)

KAIDAH DAKWAH 1

Kaidah ke-1

" Ad-Da'wah Ila Allah Sabil An-Najah Fiddunya wal Akhirah"
Dakwah di Jalan Allah, Jalan Kesuksesan di Dunia dan Akhirat

Atas para da'I sudah menjadi kewajiban untuk mengetahui bahwa Allah Swt menciptakan manusia untuk beribadah kepada-Nya, sebagaimana yang Allah Swt katakan, "وَمَا خَلَقْتُ الْجِنَّ وَالْإِنْسَ إِلَّا لِيَعْبُدُونِ"(QS.Adz-Dzariyat:56). Ibadah tidak dilakukan kecuali dengan mata hati yang hanya bisa dicapai jika sesuai dengan jalan-Nya, yang Allah turunkan kepada para rasul dan nabi-nabi-Nya. Sejatinya para rasul dan nabi-nabi adalah seorang da'I, yang memberikan petunjuk kepada kebenaran dan ini adalah misi mereka yang paling utama sebagai bentuk merealisasikan tujuan Allah dalam menjadikan Adam sebagai khalifah di muka bumi; memberlakukan hukum sesuai ketentuan Allah dan menjalankan perintah-Nya. Allah mengatakan," وَ إِذْ قَالَ رَبُّكَ" "لِلْمَلاَئِكَةِ إِنِّيْ جَاعِلٌ فِي الْأَرْضِ خَلِيْفَةً (Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para Malaikat: "Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi" QS.Al-Baqarah:30), tujuan Allah menciptakan manusia adalah untuk menjadikannya hanya sibuk mengerjakan perintah Allah, lagi-lagi seperti yang Allah katakan, "وَمَا خَلَقْتُ الْجِنَّ وَالْإِنْسَ إِلَّا لِيَعْبُدُونِ." (tidak Aku ciptakan jin dan manusia kecuali untuk mereka beribada kepada-Ku. QS: Adz-dzariat:56).
                Ar-Razi bertanya, "Ibadah apakah yang menjadikan jin manusia diciptakan untuknya?" kami menjawab, "mengagungkan perintah Allah dan berbuat baik kepada sesama" kemudian ia berkata, " ketika cara pengagungan yang pantas terhadap Allah Swt tidak diketahui oleh kita, maka wajib bagi kita untuk mengikuti tuntunan Rasulullah Saw. Sesungguhnya Allah telah memberikan nikmat kepada hamba-hamba-Nya dengan mengutus para rasul-Nya yang menjelaskan jalan dalam berbagai macam ibadah". (Tafsir Ar-Razi, 435/28)
                Pembagian terhadap fungsi ibadah ini merupakan pembagian yang ringkas namun mencakup seluruhnya.
                Berdakwah di jalan Allah merupakan bentuk yang paling jelas dari bentuk-bentuk pengagungan, yang mana seseorang itu mengajak pada sebuah pemikiran atau tujuan dan meluangkan daya upaya di jalan-Nya. Dia melakukan itu semua karena dirinya dipenuhi oleh tujuan dan pemikiran tersebut.
Dalam berdakwah di jalan Allah terdapat dalil tentang kepedulian terhadap hamba-hamba Allah, karena seorang da'I ingin mengeluarkan manusia dari kondisi sempit carut marut dan terpecah belah kepada kondisi bernaungkan sebuah sistem yang dirancang untuk luasnya agama dan ufuknya yang membentang. Dan yang mampu mengembannya untuk membahagiakan manusia dan mengeluarkan mereka dari neraka ke surga.
                Para nabi Allah dan rasul-rasul-Nya Allah perintahkan untuk berdakwah di jalan-Nya dan menjaga tujuan dari Allah menciptakan makhluk-Nya, mereka benar-benar bersungguh-sungguh dalam mendakwahi manusia demi tujuan ini. Dan sudah dikisahkan juga di dalam Al-Qur'an yang mulia kepada kita tentang peperangan para nabi dengan kaum-kaumnya, menegaskan selalu terhadap selamatnya  para da'I dari  kehancuran orang-orang dzalim yang menentangnya.
Dalam kisah Nabi Nuh As dengan kaumnya, hasilnya: "فَكَذَّبُوهُ فَنَجَّيْنَاهُ وَمَنْ مَعَهُ فِي الْفُلْكِ وَجَعَلْنَاهُمْ خَلَائِفَ وَأَغْرَقْنَا الَّذِينَ كَذَّبُوا بِآيَاتِنَا ۖ فَانْظُرْ كَيْفَ كَانَ عَاقِبَةُ الْمُنْذَرِينَ." (lalu mereka mendustakan Nuh maka Kami selamatkan dia dan orang-orang yang bersamanya di dalam bahtera. Dan kami jadikan mereka itu pemegang kekuasaan dan Kami tenggelamkan orang-orang yang mendustakan ayat-ayat Kami. Maka perhatikanlah bagaimana kesudahan orang-orang yang diberi peringatan itu. QS.Yunus:73).
Dan dalam kisah Nabi Hud As dengan kaumnya, hasilnya: "وَلَمَّا جَاءَ أَمْرُنَا نَجَّيْنَا هُودًا وَالَّذِينَ آمَنُوا مَعَهُ بِرَحْمَةٍ مِنَّا وَنَجَّيْنَاهُمْ مِنْ عَذَابٍ غَلِيظٍ" (dan tatkala datang azab Kami, Kami selamatan Hud dan orang-orang beriman bersama dia dengan rahmat dari Kami, dan Kami selamatkan (pula) mereka (di akhirat) dari azab yang berat. QS.Hud:58).
إِلَّا الَّذِينَ صَبَرُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ أُولَٰئِكَ لَهُمْ مَغْفِرَةٌ وَأَجْرٌ كَبِيرٌ
(kecuali orang-orang yang sabar (terhadap bencana), dan mengerjakan amal-amal saleh; mereka itu beroleh ampunan dan pahala yang besar. QS.Hud:66).
             Dalam kisah Nabi Luth As, hasilnya:
 قَالُوا يَا لُوطُ إِنَّا رُسُلُ رَبِّكَ لَنْ يَصِلُوا إِلَيْكَ ۖ فَأَسْرِ بِأَهْلِكَ بِقِطْعٍ مِنَ اللَّيْلِ وَلَا يَلْتَفِتْ مِنْكُمْ أَحَدٌ إِلَّا امْرَأَتَكَ ۖ إِنَّهُ مُصِيبُهَا مَا أَصَابَهُمْ ۚ إِنَّ مَوْعِدَهُمُ الصُّبْحُ ۚ أَلَيْسَ الصُّبْحُ بِقَرِيبٍ
(Para utusan (malaikat) berkata: "Hai Luth, sesungguhnya kami adalah utusan-utusan Tuhanmu, sekali-kali mereka tidak akan dapat mengganggu kamu, sebab itu pergilah dengan membawa keluarga dan pengikut-pengikut kamu di akhir malam dan janganlah ada seorangpun di antara kamu yang tertinggal, kecuali isterimu. Sesungguhnya dia akan ditimpa azab yang menimpa mereka karena sesungguhnya saat jatuhnya azab kepada mereka ialah di waktu subuh; bukankah subuh itu sudah dekat?" QS.Hud:81).
فَلَمَّا جَاءَ أَمْرُنَا جَعَلْنَا عَالِيَهَا سَافِلَهَا وَأَمْطَرْنَا عَلَيْهَا حِجَارَةً مِنْ سِجِّيلٍ مَنْضُودٍ
(Maka tatkala datang azab Kami, Kami jadikan negeri kaum Luth itu yang di atas ke bawah (Kami balikkan), dan Kami hujani mereka dengan batu dari tanah yang terbakar dengan bertubi-tubi. QS.Hud:82).
            Dalam kisah Nabi Syu'aib As, hasilnya:
وَلَمَّا جَاءَ أَمْرُنَا نَجَّيْنَا شُعَيْبًا وَالَّذِينَ آمَنُوا مَعَهُ بِرَحْمَةٍ مِنَّا وَأَخَذَتِ الَّذِينَ ظَلَمُوا الصَّيْحَةُ فَأَصْبَحُوا فِي دِيَارِهِمْ جَاثِمِينَ
(Dan tatkala datang azab Kami, Kami selamatkan Syu´aib dan orang-orang yang beriman bersama-sama dengan dia dengan rahmat dari Kami, dan orang-orang yang zalim dibinasakan oleh satu suara yang mengguntur, lalu jadilah mereka mati bergelimpangan di rumahnya. QS.Hud:94).
          Dalam kisah Nabi Musa As, dengan Fir'aun dan kaumnya, hasilnya:
فَانْتَقَمْنَا مِنْهُمْ فَأَغْرَقْنَاهُمْ فِي الْيَمِّ بِأَنَّهُمْ كَذَّبُوا بِآيَاتِنَا وَكَانُوا عَنْهَا غَافِلِينَ
(Kemudian Kami menghukum mereka, maka Kami tenggelamkan mereka di laut disebabkan mereka mendustakan ayat-ayat Kami dan mereka adalah orang-orang yang melalaikan ayat-ayat Kami itu. QS.Al-A'raf:136).
وَأَوْرَثْنَا الْقَوْمَ الَّذِينَ كَانُوا يُسْتَضْعَفُونَ مَشَارِقَ الْأَرْضِ وَمَغَارِبَهَا الَّتِي بَارَكْنَا فِيهَا ۖ وَتَمَّتْ كَلِمَتُ رَبِّكَ الْحُسْنَىٰ عَلَىٰ بَنِي إِسْرَائِيلَ بِمَا صَبَرُوا ۖ وَدَمَّرْنَا مَا كَانَ يَصْنَعُ فِرْعَوْنُ وَقَوْمُهُ وَمَا كَانُوا يَعْرِشُونَ
(Dan Kami pusakakan kepada kaum yang telah ditindas itu, negeri-negeri bahagian timur bumi dan bahagian baratnya yang telah Kami beri berkah padanya. Dan telah sempurnalah perkataan Tuhanmu yang baik (sebagai janji) untuk Bani Israil disebabkan kesabaran mereka. Dan Kami hancurkan apa yang telah dibuat Fir´aun dan kaumnya dan apa yang telah dibangun mereka. QS.Al-A'raf:137).
Dan dalam cerita tentang sebuah kampung yang dahulu menjadi pusat peradaban laut, hasilnya:
فَلَمَّا نَسُوا مَا ذُكِّرُوا بِهِ أَنْجَيْنَا الَّذِينَ يَنْهَوْنَ عَنِ السُّوءِ وَأَخَذْنَا الَّذِينَ ظَلَمُوا بِعَذَابٍ بَئِيسٍ بِمَا كَانُوا يَفْسُقُونَ
(Maka tatkala mereka melupakan apa yang diperingatkan kepada mereka, Kami selamatkan orang-orang yang melarang dari perbuatan jahat dan Kami timpakan kepada orang-orang yang zalim siksaan yang keras, disebabkan mereka selalu berbuat fasik. QS.Al-A'raf:165).
Semua ayat ini untuk meyakinkan akan keselamatan atau kesuksesan dalam berdakwah di jalan Allah. Dan ini adalah janji Allah Swt kepada orang-orang beriman,
ثُمَّ نُنَجِّي رُسُلَنَا وَالَّذِينَ آمَنُوا ۚ كَذَٰلِكَ حَقًّا عَلَيْنَا نُنْجِ الْمُؤْمِنِينَ
(Kemudian Kami selamatkan rasul-rasul Kami dan orang-orang yang beriman, demikianlah menjadi kewajiban atas Kami menyelamatkan orang-orang yang beriman. QS.Yunus:103)
Sayyid Quthb rahimahullah berkata, "Ini sudah menjadi ketetapan Allah di muka bumi dan ini adalah janji-Nya kepada para kekasih-Nya,  dan ketika jalan menjadi panjang bagi orang-orang beriman, maka wajib diketahui bahwa itulah jalannya. Dia harus meyakini akhiran dan ganjaran bagi orang-orang beriman. Dan jangan memburu-buru janji Allah sampai kelak janji-Nya pasti akan melalui jalan dakwah ini. Allah tidak akan pernah mencurangi para kekasih-Nya. Tidak akan lemah dalam menolong hamba-hamba-Nya dengan kekuatan-Nya,  dan tidak akan  pernah menyerahkannya kepada para musuh, tetapi Allah akan memberitahu mereka, memahamkan mereka dan membekali mereka –dalam cobaan- dengan bekal perjalanan". (Fi Dzhilalil Qur'an: 1812/3)
Tidak ada kerugian dalam berdakwah:
Perkara dakwah tidak seperti yang disangkakan sebagian manusia, bahwa dakwah itu melelahkan, merugikan, keras, dan menyakitkan. Dakwah memang tidak pernah kosong dari lelah dan sulit tetapi ia lezat, dan nyaman di hati. Karena itu para da'I rela berkorban dalam dakwah baik dengan mahal ataupun murah, merasakan siksa, bahkan jika harus sampai menjumpai kematian demi dakwah. Mereka itulah yang lebih bahagia daripada manusia tanpa dakwah. Adapun di akhirnya, maka dakwah adalah kemenangan, selainnya adalah kegagalan, ialah yang kekal, selainnya maka fana.
Dakwah Nabi Muhammad Saw, amanah bagi ummat manusia:
Bisa diperhatikan dari ayat Al-Qur'an mulia yang membahas tentang perang para nabi dengan kaum-kaumnya, bahwa para pendusta dari kaum-kaum ini, mereka mendapatkan adzab Allah Swt dan tidak tersisa dari mereka di  bumi ini kecuali kampung-kampungnya. Allahpun tidak menyisakan sedikit saja dari mereka. Dengan datangnya Nabi Muhammad Saw, dihilangkannya  adzab-adzab berupa topan, petir, dan angin. Ini semua merupakan penghormatan terhadap ummat ini yang tidak pernah sepi dari orang-orang yang membela Allah dengan hujjah, tidak juga sepi dari golongan yang selalu tampak terhadap perintah Allah hingga Allah menentukan takdir-Nya. Dan golongan ini, mereka adalah para da'i. dan atas mereka Allah takdirkan keselamatan dari ummat yang dihancurkan satu tahun penuh. Ketika bumi sepi dari golongan yang mulia ini, maka sesungguhnya kiamat akan terjadi.
1.       Nabi Muhammad Saw bersabda yang artinya, tidak akan terjadi kiamat kecuali atas orang-orang jahat (Shahih Muslim)
2.       Nabi Muhammad Saw bersabda yang artinya, tidak akan terjadi kiamat kepada seseorang yang mengucapkan: Allah, Allah (Shahih Muslim, Syarh An-Nawawi) dan di riwayat: sampai di bumi tidak lagi diucapkan: Allah Allah.
Kedua, perkataan Rasulullah Saw, sesungguhnya Allah meniupkan angin dari Yaman, lebih lembut daripada sutera. Seseorang tidak akan meninggalkan sebutir bijipun dari imannya kecuali angin itu akan menyapunya. (Shahih Muslim, Syarh An-Nawawi).
                Dan bisa kita perhatikan dari riwayat-riwayat  ini, antara kekalnya golongan orang-orang beriman adalah sampai kiamat, dan terjadinya kiamat itu atas orang-orang jahat.
Para da'I telah menempatkan dirinya pada jihad, dan menyerahkannya untuk berkorban di jalan Allah, maka sesungguhnya tugas mereka ini menjadikan mereka lebih mampu atas penyerangan dan mujawalah, insyaAllah dengan izin-Nya mereka akan menang, sukses dan para musuh akan kalah.
Kesuksesan di sini, bukan dimaksudkan atas kesuksesan diri sendiri dari segala penderitaan dan kesakitan, kesuksesan di sini dimaksudkan pada kesuksesan jama'ah dan konsepnya di akhir. Adapun di akhirat maka gambaran kesuksesan adalah penuh kenikmatan, ketenangan, dan surga yang luasnya seluas langit dan bumi, di dalamnya terdapat sesuatu yang mata tak dapat melihatnya, telinga tidak dapat mendengarnya, bahkan hati seseorang tak mampu menggambarkannya

Kamis, 27 Februari 2014

ISLAM TEKSTUAL DAN ISLAM KONTEKSTUAL

Suatu saat saya menjadi khotib jum’at di sebuah Masjid di kota Malang, topik yang saya bawakan adalah Islam tekstual dan Islam kontekstual, selesai menjadi khotib jum’at saya menjadi Imam sholat. Selesai sholat saya ditunggu seorang makmum, yang sedari tadi saya perhatikan dia begitu serius mengikuti khotbah saya. Selesai salam, berdzikir dan berdoa biasanya beberapa jamaah lalu mendekat dan berdiskusi khususnya menyangkut materi khutbah. Saya tidak meyangka jamaah yang serius memperhatikan khutbah saya tadi lalu mendekat dan mengemukakan pendapat. Ustadz, materi khutbah ustadz menarik, tapi sepertinya sholat ustadz tidak akan diterima Allah, saya tersentak lalu bertanya kok begitu ? dia menjawab karena celana ustadz menutup mata kaki, dan itu menurut hadist nabi: “Barang siapa yang melaksanakan sholat tapi pakainnya menutup mata kakinya maka sholatnyua tidak diterima”.

Saya berusaha menahan diri tidak emosi mendengar pendapat jamaah ini, sebab Rasulullah pernah ditegur oleh Allah jika kamu keras menghadapi mereka maka mereka akan menjauh. Saya hanya bergurau, Mas Tuhan anda kok kejam sekali ya, gara-gara hanya celana menutup mata kaki saja sholat seseorang tidak diterima, Tuhan saya kok pemaaf ya, jangankan sholat dengan pakaian menutup mata kaki, jika seseorang muslim berbuat dosa seluas langit dan bumi sekalipun, tetapi jika dia serius bertaubat maka taubatnya akan diterima. Saya lalu bertanya apakah antum pernah mendalami lonsep “Isbal” itu ? Dia menjawab saya sudah membaca dan memahami bahwa kalau sholat dengan berpakaian menutup mata kaki maka sholatnya tidak diterima. Karena dia tetap mempertahankan pendapatnya maka saya mencoba menjelaskan kepadanya. bahwa dalam kajian Fiqh, setiap perbuatan ibadah itu ada alasannya atau “illatnya”, perihal Isbal itu menurut asbabul wurudlnya, nabi ingin agar supaya orang-orang mukmin itu tidak berpakaian diseret-seret seperti pemuka Yahudi dan Nasaroh karena alasan kesombongan atau riya, jadi substansi dilarangnya menutup mata kaki itu karena kesombongan atau riya, bukan alasan yang lain. Sehingga satu saat Abu Bakar Sidiq memakai jubah menutup mata kaki ketika akan sholat Nabi membiarkan. Karena banyak hadist yang kita temukan rasulullah menyatakan, barangsiapa didalam hatinya ada sifat sombong sebesar zarrahpun maka dia tidak akan masuk surga. Karena sombong itu Hak Allah, manusia tidak boleh menyamai sifat Allah. Saya malah kuatir karena dalam hatimu kamu menilai orang yang memakai pakaian manutup mata kaki sholatnya tidak diterima, dan disaat yang sama dalam hatimu menyatakan hanya sholat saya yang diterima, danitu berarti dihatimu muncul sikap ujub sholatkulah paling sempurna, maka pada saat itu anda terjerembab dalam sifat riya, sehingga sholatmu juga tidak diterima Allah dan tidak akan masuk surga. Dia terdiam mendengar analisis saya, lalu akhirnya pamit pergi.

Saya tidak akan menguraikan ceritra ini lebih panjang, namun yang perlu ditangkap makna dari dialog ini adalah, seringkali banyak orang belum memahami agama secara mendalam lalu suka memvonis orang bahwa ibadahmu ini salah, cara berpakainmu ini salah tidak sesuai dengan hukum Islam atau tidak sesuai dengan ajaran Qur’an dan sunnah. Pada hal sesungguhnya setiap mereka yang megaku Muslim sudah tahu persis bahwa sumber ajaran Islam yang paling autentik itu adalah Qur’an dan sunnah. Cuma yang menjadi perdebatan adalah apakah semua masalah kehidupan umat manusia itu sudah diuraikan secara rinci dalam Qur’an dan sunnah atau belum ?

Kalau sudah menyangkut ini maka pendapat umat akan terbelah menjadi dua. Pendapat pertama menyatakan bahwa semua hal yang terjadi didunia ini termasuk semua peristiwa kehidupan dan pemecahannya sudah diatur dalam Qur,an dan sunnah. Pendapat yang kedua menyatakan karena Qur’an dan sunnah itu tidak memuat secara rinci tentang jawaban terhadap setiap persoalan umat maka umat boleh menggunakan ijtihad untuk memecahkan masalahnya.

Dalam realitas kehidupan kita seringkali kita menemukan masalah yang dijaman nabi dan para sahabat belum pernah terjadi. Katakanlah masalah keluarga berencana. Dijaman nabi tidak perlu ada pembatasan kelahiran manusia karena jumlah manusia masih sedikit, tapi pada saat ini tingkat pertumbuhan penduduk begitu pesat maka mau dan tidak mau perlu ada upaya secara terstruktur untuk mengatasi masalah ledakan penduduk tersebut. Di dalam Qur’an kita tidak akan menemukan ayat yang mengatur kelahiran penduduk. Tapi kita hanya menemukan ayat yang menyatakan jangan kamu membunuh janin dalam kandungan Ibunya. Para ulama lalu mengambil ayat lain yang dijadikan dasar pijakan untuk pembenaran pembatasan kelahiran itu yaitu: Janganlah kalian meninggalkan keturunanmu yang tidak berkualitas.

Persoalan lain, sampai sekarang, masih selalu menjadi perdebatan adalah apakah bunga Bank itu riba atau tidak riba ?. Ada ulama menyatakan bunga bank itu pasti riba, setiap peminjaman dengan adanya tambahan pembayaran maka pasti riba, tapi ada juga ulama juga menyatakan bahwa bunga bank itu tidak riba, karena riba yang dimaksud dalam Qur’an itu adalah bunga berbunga yang sangat memberatkan. Dijaman nabi belum dikenal yang namannya : “Time Value Of Money” nilai waktu uang, belum dikenal pula namanya tingkat inflasi, belum dikenal pula pertukaran uang secara internasional antar Negara, dst. Sehingga M. Dawam Rahardjo dalam bukunya piagam Mekkah menyatakan, jika seorang pengusaha meminjam uang di bank dengan tingkat bunga tertentu lalu dana ini diinvestasikan dalam kegiatan produktif dan menghasilkan pendapatan berlipat-lipat sehingga untuk membayar angsuran dengan bunganya tidak menjadi masalah maka itu tidak masuk wilayah riba. Riba itu berlaku jika ada seorang miskin meminjam uang untuk berobat lalu dikenakan tambahan pembayaran maka ini masuk wilayah riba, karena sipeminjam mendolimi orang yang sangat membutuhkan bantuan. Saya tidak akan masuk ke wilayah hukum karena ini otoritasnya para ahli fiqh dan ahli ekonomi.

Dari dua gambaran kasus di atas menandakan bahwa, banyak sekali masalah yang belum terkaver dalam Qur’a dan sunnah. Dalam hal tertentu qur'an secara rinci menguraikannya sperti masalah hak waris, tapi disisi lain dalam hal tertentu Qur’an dan sunnah hanya memberikan isyarat sebagai alat justifikasi atau pembenaran atau menyalahkan, dalam hal menentukan sebuah aktivitas itu apakah bertentangan dengan syar’i atau tidak. Dengan demikian maka dapat disimpulkan bahwa dalam beragama jika menyangkut ibadah machda maka pendekatan yang harus pakai harus bersifat tekstual tapi kalau masuk wilayah muamalah maka mau dan tidak mau kita harus memasuki wilayah kontekstual. Kedua ranah ini penting dijadikan dasar untuk mebuat Islam lebih mempunyai daya guna. Banyak hal di jaman Nabi tidak bisa diterapkan di jaman sekarang, karena situasi dan kondisinya sudah jauh berbeda. Bahwa Qur’an dan sunnah itu menjadi sumber rujukan itu tidak boleh di nafikan, tetapi berusaha untuk menafsirkan agama sesuai dengan semangat jaman itu juga sebuah hal yang penting, sebagaimana suatu saat rasulullah Muhammad SAW berdialog dengan Mu’adz Bin Jabal ketika di utus menjadi Kadi di Yaman
Dialog antara Rasul dan Mu’adz ketika diutus oleh Nabi sebagai Qadhi (Hakim) ke Yaman.:

Nabi : Dengan apa kamu memutuskan perkara?
Mu‟adz: Dengan sesuatu yang terdapat dalam Kitabullah.
Nabi : Kalau tidak engkau dapati dalam Kitabullah?
Mu‟adz: Saya akan memutuskan sesuatu yang telah diputuskan olehRasulullah.
Nabi : Kalau tidak engkau dapati apa yang diputuskan Rasulullah?
Mu‟adz: Saya akan berijtihad mengguanakan pikiran saya.
Nabi : Segala Puji bagi Allah yang telah memberi taufiq kepadautusan dari utusan-Nya.

Wallahu a’lam.

Rabu, 26 Februari 2014

BERBICARA KEPADA MANUSIA SESUAI KADARNYA

Kaidah ke-7 dalam Kaidah-Kaidah Dakwah berbunyi,
Kaidah ke-7
"khatibunnas 'ala qadri 'uquulihim"
berbicaralah kepada manusia, sesuai kadar keilmuannya.
oleh: Isma Muhsonah Sunman
Berdakwah ila Allah itu dilakukan dengan 2 cara, hikmah dan mau'idzhah hasanah(tutur kata yang baik). Dengan hikmah, berarti kita mengetahui cara yang tepat untuk berdakwah sesuai dengan kategori manusianya. Dengan hikmah, berarti dengan bijak, dengan ilmu pengetahuan. Seorang da'I yang bijak tidak menyampaikan seluruh yang dia ketahui, melainkan secukupnya saja sesuai kebutuhan mad'u(objek dakwah)nya. Itu berarti seorang da'I yang bijak mengetahui apa-apa saja yang pantas disampaikan kepada objek dakwahnya.
Ibnu Abbas memahami perkataan Allah dalam Surat Ali Imran Ayat 79, Walakin Kuunuu Rabbaniyyin" bermakna, "Jadilah orang-orang yang bijak, dermawan dan pandai dalam agama." Sedang Al-Bukhari mengatakan, "Arrabbaniy, adalah yang mendidik orang-orang dari ilmu-ilmu yang sederhana kemudian yang rumit".
Dan memulai dengan ilmu-ilmu sederhana dimaksudkan untuk menjaga akal sehingga tidak lepas dari dakwah. Ibnu Hajar berkata, "yang dimaksudkan dengan ilmu-ilmu yang sederhana adalah, yang jelas dari masalah tersebut, dan yang dimaksudkan dengan yang rumit adalah yang lebih mendalam dan detil dari masalah itu."
Ada banyak nash-nash (Alqur'an dan Hadits) yang menguatkan dalil daripada kaidah ke 7 ini;

1.       Al-Bukhari meriwayatkan sebuah hadits yang diterjemahkan dengan bahasanya, (barang siapa yang meninggalkan sebuah upaya/pilihan karena takut orang-orang akan salah paham atasnya, dan bisa jadi orang-orang tersebut akan lebih buruk lagi pemahamannya).
Al-Aswad, "berkata kepada saya Ibnu Az-Zubair, 'Aisyah ra banyak menceritakan rahasia kepadamu, maka apa yang ia ceritakan kepadamu tentang ka'bah?" aku menjawab, "Aisyah ra berkata , Nabi Sallallahu'alayhi wasallam berkata, "Wahai 'Aisyah, kalau kaummu lebih modern dari masanya sendiri, niscaya ka'bah akan dibangun berpintu dua. Pintu masuk, dan pintu keluar"(shahih Al-Bukhari, Fathul Baari 1/224). Berkata Ibnu Hajar rahimahullah, dapat diambil faidah dari hadits tersebut sebuah kaidah "meninggalkan sebuah kemaslahatan untuk tidak jatuh pada keburukan"(fathul baari 1/225)
2.       Berkata Al-bukhari rahimahullah, (Bab pengkhususan suatu ilmu untuk suatu kaum, tanpa menyampaikannya pada yang lain karena khawatir  tidak memahaminya).
Ali ra, berkata, "Berbicaralah kepada manusia sesuai apa yang ia ketahui. Apakah kalian suka Allah dan Rasulullah didustai?(karena kesalahpahaman suatu kaum saat memahami apa yang seorang da'I sampaikan, sebab ketidaktahuan mereka)"(Shahih Al-Bukhari, Fathul Baari 1/225)
Ibnu Hajar rahimahullah berkata, "Ada orang yang tidak menyukai suatu tema pembicaraan tetapi menyukai tema yang lain."
Hasan ra, dia mengingkari pembicaraan Anas ra kepada Hajjaaj ra tentang kisah 'Uranain, karena Anas menjadikan kisah tersebut sebagai cara untuk berlebih-lebihan dalam kisah pertumpahan darah yang disesuaikan dengan penafsirannya sendiri yang tidak pasti (Fathul Baari 1/225). Kisah 'Urnain adalah kisah tentang kaum 'Urainah yang datang kepada Rasulullah Saw, kemudian menetap di Madinah. Tetapi mereka tidak betah karena tidak cocok dengan cuaca Madinah. Rasulullah Saw pun memberikan mereka satu unta dari unta sedekah, kemudian mereka minum dari susu unta tersebut dan berobat dengan air kencing unta itu. tetapi mereka membunuh para penggembala kemudian mengambil unta-unta mereka. Rasulullah Saw mengejar mereka kemudian memotong tangan dan kaki mereka dan meninggalkan mereka dalam kehausaan.
3.       Imam Muslim dengan sanadnya berkata, dari Ibnu Mas'ud, "janganlah kamu berbicara kepada suatu kaum tentang sesuata yang mana belum sampai akal-akal mereka kepada hal tersebut, kecuali jika terjadi fitnah diantara mereka" (Shahih Muslim 1/11).
4.       Al-Bukhari berkata, "Berkata Rasulullah, "Ya Mu'adz Bin Jabal" kemudian Mu'adz menjawab, "Labbaik, Aku memenuhi panggilanmu ya Rasulullah" berkata (lagi) Rasulullah Saw, "Ya Mu'adz" Mu'adz kembali menjawab "Labbaik Yaa Rasulullah wa sa'daik" hingga 3 kali. Kemudian Rasulullah Saw berkata, "Tidak ada seorang pun yang bersaksi bahwa tiada Tuhan selain Allah dan sesungguhnya Nabi Muhammad adalah utusan Allah, dari hatinya, kecuali Allah haramkan neraka baginya." Mu'adz berkata, "Wahai Rasulullah, jika aku sampaikan ini kepada orang-orang, apakah mereka akan mendapatkan kabar bahagia?" Kemudian Rasulullah menjawab, "Maka mereka akan bermalas-malasan".  Dan Mu'adz baru menyampaikan hadits ini di penghujung hayatnya (Shahih Al-Bukhari, Fathul Baari 1/226).
Dalam berdakwah, sudah menjadi haknya sebuah kebaikan untuk selalu disampaikan, namun ada pula yang tidak perlu disampaikan demi menghindar dari keburukan.
Sebagai objek dakwah, manusia terbagi menjadi beberapa variasi/kelompok;

Kelompok pertama: manusia awam atau non akademis. Mendakwahi orang-orang awam cukup sulit. Karena kondisi mereka seperti kondisi anak-anak SD yang baru belajar membaca dan menulis. Kesulitan, kompleksitas itu pasti kita jumpai dalam proses dakwah ini. Orang awam tidak bisa diberikan masalah yang pelik, bukti-bukti yang terlalu berat, aturan yang bercabang-cabang. Berdakwah kepada orang-orang awam ini dibutuhkan da'I khusus yang mampu memberikan contoh-contoh yang mudah dipahami dan sesuai dengan keadaan mereka, bukan yang terlalu ilmiah atau di luar jangkauan akal mereka. Dalam mendakwahinya pun harus perlahan-lahan, dengan kelembutan, sampai dakwah benar-benar mampu menyentuh hati mereka dan meninggalkan bekas yang mendalam. Contohnya, seperti mengisahkan kepada mereka kisah-kisah para shaalihin, kabar-kabar tentang auliyaa`illah, dan sejarah tentang para anbiya dan sahabat-sahabatnya. Cara menyampaikannya pun sebaiknya dalam bentuk cerita, bukan analisa.
Kelompok kedua: orang-orang lulusan universitas. Orang-orang variasi ini, mencari kesimpulan analisis. Dalam mendakwahinya para da'I harus menjaga derajatnya keilmuan sang mad'u. Seorang da'I yang bisa mendakwahi orang-orang kelompok pertama (awam) belum tentu bisa mendakwahi  kelompok ini.
Kelompok ketiga: orang-orang  yang memiliki spesialisasi di bidang keilmuan. Karena setiap spesialisasi memiliki istilah-istilah tersendiri, barang siapa yang memahami kondisi ini maka ialah yang lebih mampu untuk mendakwahinya.  Contohnya, seorang da'I yang ditugaskan mendakwahi kalangan pengacara maka ia harus mengetahui aturan-aturan yang benar dan aturan-aturan yang salah. Jika mad'unya adalah para dokter, maka membutuhkan seorang da'I yang mampu menuntun mereka untuk berpikir tentang aspek-aspek kebesaran Allah dan kekuasaran Allah dalam penciptaan manusia begitu juga fungsi-fungsi anggota tubuh.
Jika da'I hanya dibekali oleh ilmu-ilmu syar'I saja, maka kemungkinan untuk ditolaknya lebih besar. Maka wajib bagi para da'I yang diplotkan pada kalangan atau spesialisasi tertentu untuk memperluas tsaqafah(ilmu pengetahuannya), mencari ilmu yang beragam untuk memperkaya ilmu yang dimilikinya. Untuk da'I yang ditugaskan berdakwah pada suatu bidang khusus, wajib baginya untuk mengenal bidang tersebut sebelum terjun berdakwah.
Al haqqu min rabbik, falaa takuunanna minal mumtarin. Allahu A'la wa A'lam Bishshawab…

LUARBIASANYA ISTIQFAR

Salah satu amalan yang biasa dilakukan oleh Rasulullah adalah beristighfar.

Dalam sebuah riwayat dijelaskan bahwa Rasulullah setiap hari beristighfar tidak kurang dari 100 kali. Padahal beliau adalah seorang hamba yang ma’shum alias terjaga dari dosa.

Subhanallah...

Sebagai ummatnya kita yang banyak dosa ini hendaknya memperbanyak Istighfar, memohon ampun kepada Allah. Inilah 25 Fadhilah Dan Keutamaan ISTIGHFAR

1 Membuat Allah Gembira

Rasulullah saw bersabda, "Sungguh Allah lebih gembira dengan taubat hamba-Nya seperti  kegembiraan salah seorang dari kalian yang menemukan untanya yang hilang di padang pasir." (HR. Bukhari dan Muslim).

2 Dicintai Allah

Allah berfirman, "Sesungguhnya Allah mencintai orang-orang yang bertobat dan mencintai orang-orang yang mensucikan diri." (QS.al-Baqarah: 222). Rasulullah bersabda, "Orang yang bertobat adalah kekasih Allah. Orang yang bertobat atas dosanya, bagaikan orang yang tidak berdosa. "(HR.Ibnu Majah)

3 Dosa-dosanya diampuni

Rasulullah bersabda, "Allah telah berfirman," Wahai hamba-hamba-Ku, setiap kalian pasti berdosa kecuali yang Aku jaga. Maka beristighfarlah kalian kepada-Ku, niscaya kalian Aku ampuni. Dan barangsiapa yang meyakini bahwa Aku punya kemampuan untuk mengampuni dosa-dosanya , maka Aku akan mengampuninya dan Aku tidak peduli (berapa banyak dosanya). "(HR.Ibnu Majah, Tirmidzi)

Imam Qatadah berkata, "Al-Qur'an telah menunjukkan penyakit dan obat kalian. Adapun penyakit kalian adalah dosa, dan obat kalian adalah istighfar. "(Kitab Ihya'Ulumiddin: 1/410).

4 Selamat dari api neraka

Hudzaifah berkata, "Saya adalah orang yang tajam lidah terhadap keluargaku, Wahai Rasulullah, aku takut kalau lidahku itu menyebabkan aku masuk neraka '. Bersabda, 'Dimana posisimu terhadap istighfar? Sesungguhnya, aku senantiasa beristighfar kepada Allah sebanyak seratus kali dalam sehari semalam '. "(HR. Nasa'i, Ibnu Majah, al-Hakim dan dishahihkannya).

5 Mendapat balasan surga

"Dan (juga) orang-orang yang apabila mengerjakan perbuatan keji atau menganiaya diri sendiri, mereka ingat akan Allah, lalu memohon ampun terhadap dosa-dosa mereka dan siapa lagi yang dapat mengampuni dosa selain Allah? Dan mereka tidak meneruskan perbuatan kejinya itu, sedang mereka mengetahui. Mereka itu balasannya adalah ampunan dari Tuhan mereka dan surga yang di dalamnya mengalir sungai-sungai, sedang mereka kekal di dalamnya; dan itulah sebaik-baik pahala orang-orang yang beramal. "(QS. Ali'Imran: 135-136).

6 Membuat kecewa setan

Sesungguhnya setan telah berkata, "Demi kemuliaan-Mu ya Allah, aku terus-menerus akan menggoda hamba-hamba-Mu selagi roh mereka ada dalam badan mereka (masih hidup). Maka Allah menimpalinya, "Dan demi kemuliaan dan keagungan-Ku, Aku senantiasa mengampuni mereka selama mereka memohon ampunan (beristighfar) kepada-Ku." (HR.Ahmad dan al-Hakim).


7 Membuat setan putus asa

Ali bin Abi Thalib pernah didatangi oleh seseorang, "Saya telah melakukan dosa '.' Bertobatlah kepada Allah, dan jangan kamu ulangi ', kata Ali. Orang itu menjawab,' Saya telah bertobat, tapi setelah itu saya berdosa lagi '. Ali berkata , 'Bertobatlah kepada Allah, dan jangan kamu ulangi'. Orang itu bertanya lagi, 'Sampai kapan?' Ali menjawab, 'Sampai setan berputus asa dan merasa rugi. "(Kitab Tanbihul Ghafilin: 73).

8 Meredam Azab

Allah berfirman, "Dan Allah sekali-kali tidak akan mengazab mereka, sedang kamu berada di antara mereka. Dan tidaklah (pula) Allah akan mengazab mereka, sedang mereka meminta ampun." (QS.al-Anfal: 33).

9 Mengusir kesedihan

Rasulullah bersabda, "Barangsiapa yang senantiasa beristighfar, maka Allah akan memberikan kegembiraan dari setiap kesedihannya, dan kelapangan untuk setiap kesempitannya, dan memberinya rezeki dari arah yang tidak disangka-sangka." (HR.Abu Daud, Ibnu Majah dan Ahmad).


10 Melapangkan kesempitan

Rasulullah saw bersabda, "Barangsiapa yang senantiasa beristighfar, maka Allah akan memberikan kegembiraan dari setiap kesedihannya, dan kelapangan untuk setiap kesempitannya dan memberinya rezeki dari arah yang tidak disangka-sangka," (HR.Abu Daud, Ibnu Majah dan Ahmad).

11 Melancarkan rezeki

Rasulullah saw bersabda, "Sesungguhnya seorang hamba bisa tertahan rezekinya karena dosa yang dilakukannya." (HR.Ahmad, Ibnu Hibban dan Ibnu Majah).

12 Membersihkan hati

Rasulullah saw bersabda, "Apabila seorang mukmin melakukan suatu dosa, maka tercoretlah noda hitam di hatinya. Ketika ia bertobat, meninggalkannya dan beristighfar, maka bersihlah hatinya. "(HR.Nasa 'i, Ibnu Majah, Ibnu Hibban, Tirmidzi).

13 Mengangkat derajat di surga

Rasulullah bersabda, "Sesungguhnya Allah akan mengangkat derajat seorang hamba di surga. Hamba itu berkata, 'Wahai Allah, dari mana saya dapat kemuliaan ini?' Allah berkata, 'Karena istighfar anakmu untukmu'. "(HR.Ahmad dengan sanad hasan).

14 Mengikuti Sunnah Rasul

Abu Hurairah berkata, "Saya telah mendengar Rasulullah bersabda, 'Demi Allah, sesungguhnya aku minta ampun kepada Allah (beristighfar) dan bertaubat kepada-Nya dalam sehari lebih dari tujuh puluh kali'." (HR.Bukhari).


15 Menjadi sebaik-baik orang yang bersalah

Rasulullah bersabda, "Setiap anak Adam pernah bersalah, dan sebaik-baik orang yang bersalah adalah yang segera bertobat." (HR.Tirmidzi, Ibnu Majah, al-Hakim).

16 Bersifat sebagai hamba Allah yang sejati

Allah berfirman, "Dan Allah Maha Melihat akan hamba-hamba-Nya. (Yaitu) orang-orang yang berdo'a: "Ya Tuhan kami, sesungguhnya kami telah beriman, maka ampunilah segala dosa kami dan peliharalah kami dari siksa neraka," (yaitu) orang-orang yang sabar, yang benar, yang tetap tak at, yang menafkahkan hartanya (di jalan Allah), dan yang memohon ampun (beristighfar) di waktu sahur. "(QS.Ali 'Imran: 15-17).

17 Terhindari dari menjadi orang yang dzalim

Allah berfirman, "... Barang siapa yang tidak bertobat, maka mereka itulah orang-orang yang Dzalim." (QS. al-Hujurat: 11)

18 Mudah mendapatkan anak

Allah berfirman, "Maka aku katakan kepada mereka:" Mohonlah ampun (istighfar) kepada Tuhanmu, sesungguhnya Dia adalah Maha Pengampun, niscaya Dia akan mengirimkan hujan kepadamu dengan lebat, dan memperbanyak harta dan anak-anakmu, dan mengadakan untukmu kebun-kebun dan mengadakan (pula didalamnya) untukmu sungai-sungai. "(QS.Nuh: 10-12).

19 Mudah mendapatkan hujan

Ibnu Shabih berkata, "Hasan al-Bashri pernah didatangi seseorang dan mengadu bahwa lahannya tandus, ia berkata, 'Perbanyaklah istighfar'. Lalu ada orang lain yang mengadu bahwa kebunnya kering, ia berkata, 'Perbanyaklah istighfar'. Lalu ada orang lain lagi yang mengadu bahwa ia belum punya anak, ia berkata, 'Perbanyaklah istighfar'. (Kitab Fathul Bari: 11/98)

20 Bertambah  kekuatannya

Allah berfirman, "Dan (dia berkata):" Hai kaumku, mohonlah ampun kepada Tuhanmu lalu bertobatlah kepada-Nya, niscaya Dia menurunkan hujan yang sangat deras atasmu, dan Dia akan menambahkan kekuatan kepada kekuatanmu, dan janganlah kamu berpaling dengan berbuat dosa. " (QS. Hud: 52)

21 Bertambah kesejahteraannya

Allah berfirman, "Maka aku katakan kepada mereka:" Mohonlah ampun kepada Tuhanmu, sesungguhnya Dia adalah Maha Pengampun, niscaya Dia akan mengirimkan hujan kepadamu dengan lebat, dan membanyakkan harta dan anak-anakmu, dan mengadakan untukmu kebun-kebun dan mengadakan (pula di dalamnya) untukmu sungai-sungai. "(QS.Nuh: 10-12).

22 Menjadi orang yang beruntung

Allah berfirman, "Dan bertobatlah kamu sekalian kepada Allah, hai orang-orang yang beriman supaya kamu beruntung." (QS.an-Nur: 31).

Aisyah berkata, "Beruntunglah, orang-orang yang menemukan istighfar yang banyak pada setiap lembar catatan harian amal mereka." (HR.Bukhari).

23 Keburukannya diganti dengan kebaikan

Allah berfirman, "Kecuali orang-orang yang bertobat, beriman dan mengerjakan amal saleh; maka kejahatan mereka diganti Allah dengan kebajikan. Dan adalah Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang." (QS. al-Furqan: 70).

"Dan dirikanlah shalat itu pada kedua tepi siang (pagi dan sore) dan pada bagian awal dari malam. Sesungguhnya perbuatan-perbuatan yang baik itu menghapuskan (dosa) perbuatan-perbuatan yang buruk. Itulah peringatan bagi orang-orang yang ingat. "(QS. Hud: 114).

24 Tanda sebagai orang mukmin

Rasulullah bersabda, "Tidak seorangpun dari umatku, yang apabila ia berbuat baik dan ia menyadari bahwa yang diperbuat adalah kebaikan, maka Allah akan membalasnya dengan kebaikan. Dan tidaklah ia melakukan suatu yang tercela, dan ia sadar sepenuhnya bahwa perbuatannya itu salah, lalu ia mohon ampun (beristighfar) kepada Allah, dan hatinya yakin bahwa tiada Tuhan yang bisa mengampuni kecuali Allah, maka dia adalah seorang Mukmin. "(HR.Ahmad ).

25 Berkepribadian sebagai orang bijak

Seorang ulama berkata, "Tanda orang yang arif (bijaksana) itu ada enam. Bila ia menyebut nama Allah, ia merasa bangga. Bila menyebut dirinya, ia merasa hina. Bila memperhatikan ayat-ayat Allah, ia ambil pelajarannya. Bila muncul keinginan untuk bermaksiat, ia segera mencegahnya. Ketika disebutkan ampunan Allah, ia merasa gembira. Dan ketika mengingat dosanya, ia segera beristighfar. "(Kitab Tanbihul Ghafilin: 67).




Senin, 24 Februari 2014

KONSEP DIRI (SELF CONCEPT) - Teknik Mengubah Pola Pikir

Konsep Diri adalah semua persepsi kita terhadap aspek diri kita yang meliputi aspek fisik, aspek sosial, dan aspek psikologis, yang terbentuk karena pengalaman masa lalu kita dan interaksi kita dengan orang lain.

Konsep Diri berarti segala yang Anda ketahui tentang diri Anda, semua apa yang Anda percayai, dan apa yang telah terjadi dalam hidup Anda terekam dalam mental hard-drive kepribadian Anda, yaitu di dalam self-concept Anda. Self-concept Anda mendahului dan memprediksi tingkat performa dan efektivitas setiap tindakan Anda. Tingkah laku nyata Anda akan selalu konsisten dengan self-concept yang terdapat di dalam diri Anda. Oleh karena itu, perbaikan di segala bidang kehidupan Anda harus dimulai dari perbaikan di dalam self-concept Anda.

TIGA BAGIAN UTAMA KONSEP DIRI 
Menurut Brian Tracy, self-concept Anda memiliki tiga bagian utama yaitu:
  1. Self-Ideal (Diri Ideal),
  2. Self-Image (Citra Diri), dan
  3. Self-Esteem (Jati Diri).
Ketiga elemen tersebut merupakan satu kesatuan yang membentuk kepribadian Anda, menentukan apa yang biasa Anda pikir, rasakan, dan lakukan, serta akan menentukan segala sesuatu yang terjadi kepada diri Anda.
Self-Ideal (Diri Ideal)
Self-ideal adalah komponen pertama dari self-concept Anda.
Self-ideal Anda terdiri dari :
  • harapan,
  • impian,
  • visi,
  • idaman
Self-idealterbentuk dari kebaikan, nilai-nilai, dan sifat-sifat yang paling Anda kagumi dari diri Anda maupun dari orang lain yang Anda hormati. Self-ideal adalah sosok seperti apa yang paling Anda inginkan untuk bisa menjadi diri Anda, di segala bidang kehidupan Anda. Bentuk ideal ini akan menuntun Anda dalam membentuk perilaku Anda.
Self-Image (Citra Diri)
Bagian kedua self-concept Anda adalah self-image. Bagian ini menunjukkan bagaimana Anda membayangkan diri Anda sendiri, dan menentukan bagaimana Anda akan bertingkah laku dalam satu situasi tertentu. Karena kekuatan self-image
Semua perbaikan dalam hidup Anda akan dimulai dari perbaikan dalam self-imageself-image
Self-Esteem (Jati Diri)
self-esteem adalah seberapa besar Anda menyukai diri Anda sendiri. Semakin Anda menyukai diri Anda, semakin baik Anda akan bertindak dalam bidang apa pun yang Anda tekuni. Dan, semakin baik performansi Anda, Anda akan semakin menyukai diri Anda. Bagian ini adalah komponen emosional dalam kepribadian Anda. Komponen-komponen pentingnya :
  • bagaimana Anda berpikir,
  • bagaimana Anda merasa,
  • bagaimana Anda bertingkah laku.
Coba Anda memberikan jawaban sebuah simulasi:
  1. Siapa Saya?
  2. Mengapa saya ada?
  3. Apa keunggulan / kelebihan yang saya milik?
  4. Untuk siapa saya bekerja?
  5. Apa hasil/produk dari pekerjaan saya?
  6. Dimana saya mengerjakannya?

BAGAIMANA ANDA AKAN MEMBENTUK KONSEP DIRI

  • Sangat ditentukan oleh sikap diri Anda sendiri. Sikap adalah kebiasaan berpikir dan oleh karenanya dapat dibentuk dan dipelajari.
  • Sikap yang baik harus terus menerus dipupuk dan dikembangkan dari waktu ke waktu dengan cara mengubah cara berpikir Anda yang lama, menjadi cara berpikir yang baru dalam memandang semua hal.


TIPS : PENGEMBANGAN POLA PIKIR
  • Menentukan tujuan pengembangan diri secara jelas
  • Mengenali potensi pola pikir diri, (pola pikir yang mendukung / pola pikir yang menghambat)
  • Mengidentifikasi virus internal dan eksternal yang menghambat pengembangan diri.
  • Berani mencoba / mengambil risiko.
  • Mencari feedback secara terus-menerus.
  • Belajar dari pengalaman.
  • Melaksanakan evaluasi dan perbaikan secara berkelanjutan.

ADAWAT AL-ISTIFHAM (Kata Tanya)

أَدَوَاتُ الاِسْتِفْهَام

Di bawah ini dicantum beberapa Kata Tanya yang biasa dijumpai dalam Bahasa Arab beserta contohnya masing-masing dalam kalimat:



Cobalah membuat sendiri kalimat-kalimat tanya dari setiap kata-kata tanya di atas!

MU'JIZAT SUANAH TIDUR MIRING

SEMBILAN Manfaat Tidur Miring Ke Kanan Sungguh sangat sempurnanya agama islam, bahkan ke hal-hal yang bersifat sepele pun dijelaskan seperti memakai sendal,buang air ,bersin, menguap, bahkan tidur pun ROSUL ajarkan. Hebatnya hal-hal sepele yang rosul ajarkan 14 abad silam menyimpan manfaat yang hanya bisa dijelaskan di abad sekarang waktu teknologi medis telah canggih.

Salah satu keajaiban mukjizat sunnah Rosul adalah tentang posisi tidur,mari kita simak bersama-sama artikel di bawah:

Hendaknya mendahulukan posisi tidur di atas sisi sebelah kanan (rusuk kanan sebagai tumpuan) dan berbantal dengan tangan kanan, tidak mengapa apabila setelahnya berubah posisinya di atas sisi kiri (rusuk kiri sebagai tumpuan).

Hal ini berdasarkan sabda Rasulullah: “Berbaringlah di atas rusuk sebelah kananmu.” (HR. Al-Bukhari no. 247 dan Muslim no. 2710).

Sahabat Fp Rahasia Shalat Dhuha. Salah satu adab tidur adalah
di anjurkan untuk miring ke kanan, dan di balik sunnah Nabi ini ternyata banyak sekali hikmah dan manfaat yang bisa kita ambil dari sisi kesehatan.
Berikut Manfaat Tidur Menghadap Ke Sebelah Kanan menurut Penjelasan Medis:

1. Mengistirahatkan otak sebelah kiri.

Secara anatomis, otak manusia terbagi menjadi dua bagian kanan dan kiri. Bagian kanan adalah otak yang mempersarafi organ tubuh sebelah kiri dan sebaliknya. Umumnya kita menggunakan organ tubuh bagian kanan sebagai anggota tubuh yang dominan dalam beraktifitas seperti makan, memegang dan lainnya.

Dengan tidur pada posisi sebelah kanan, maka otak bagian kiri yang mempersarafi segala aktifitas organ tubuh bagian kanan akan terhindar dari bahaya yang timbul akibat sirkulasi yang melambat saat tidur/diam.

Bahaya tersebut meliputi pengendapan bekuan darah, lemak, asam sisa oksidasi, dan peningkatan kecepatan atherosclerosis atau penyempitan pembuluh darah. Sehingga jika seseorang beresiko terkena stroke, maka yang beresiko adalah otak bagian kanan, dengan akibat kelumpuhan pada sebelah kiri (bagian yang tidak dominan).

2. Mengurangi beban jantung.

Posisi tidur kesebelah kanan yang rata, memungkinkan cairan tubuh (darah) terdistribusi merata dan terkonsentrasi di sebelah kanan (bawah). Hal ini akan menyebabkan beban aliran darah yang masuk dan keluar jantung lebih rendah. Dampak posisi ini adalah denyut jantung menjadi lebih lambat, tekanan darah juga akan menurun. Kondisi ini akan membantu kualitas tidur.

Tidur miring ke kanan membuat jantung tidak tertimpa organ lainnya. Hal ini disebabkan karena posisi jantung yang lebih condong berada di sebelah kiri. Tidur bertumpu pada sisi kiri menyebabkan curah jantung yang berlebihan, karena darah yang masuk ke atrium juga banyak yang disebabkan karena paru-paru kanan berada di atas. Sedangkan paru-paru kanan mendapatkan pasokan darah yang lebih banyak dari paru-paru kiri.

3. Mengistirahatkan lambung.

Lambung manusia berbentuk seperti tabung berbentuk koma dengan ujung katup keluaran menuju usus menghadap kearah kanan bawah. Jika seorang tidur kesebelah kiri maka proses pengeluaran chime ( makanan yang telah dicerna oleh lambung dan bercampur asam lambung ) akan sedikit terganggu, hal ini akan memperlambat proses pengosongan lambung.

Hambatan ini pada akhirnya akan meningkatkan akumulasi asam yang akan menyebabkan erosi dinding lambung. Posisi ini juga akan menyebabkan cairan usus yang bersifat basa bias masuk balik menuju lambung dengan akibat erosi dinding lambung dekat pylorus.

4. Meningkatkan pengosongan kandung empedu dan pankreas.

Adanya aliran chime yang lancar akan menyebabkan keluaran cairan empedu juga meningkat, hal ini akan mencegah pembentukan batu kandung empedu. Keluaran getah pancreas juga akan meningkat dengan posisi miring ke kanan.

5. Meningkatkan waktu penyerapan zat gizi.

Saat tidur pergerakan usus menigkat. Dengan posisi sebelah kanan, maka perjalanan makan yang telah tercerna dan siap di serap akan menjadi lebih lama, hal ini disebabkan posisi usus halus hingga usus besar ada dibawah. Waktu yang lama selama tidur memungkinkan penyerapan bias optimal.

6. Merangsang buang air besar (BAB).

Dengan tidur miring ke sebelah kanan, proses pengisian usus besar sigmoid (sebelum anus) akan lebih cepat penuh. Jika sudah penuh, akan merangsang gerak usus besar diikuti relaksasi dari otot anus sehingga mudah buang air besar.

7. Mengisitirahatkan kaki kiri.

Pada orang dengan pergerakan kanan, secara ergonomis guna menyeimbangkan posisi saat beraktifitas cenderung menggunakan kaki kiri sebagai pusat pembebanan. Sehingga kaki kiri biasanya cenderung lebih merasa pegal dari kanan, apalagi kaki menempati posisi paling bawah. Dan aliran darah di kaki untuk kembali cenderung lebih lambat. Jika tidur miring kanan, maka pengosongan vena kaki kiri akan lebih cepat sehingga rasa pegal lebih cepat hilang
8. Menjaga kesehatan paru-paru.

Paru-paru kiri lebih kecil dibandingkan dengan paru-paru kanan. Jika tidur miring ke sebelah kanan, jantung akan condong ke sebelah kanan. Hal ini tidak menjadi masalah karena paru-paru kanan lebih besar. Lain halnya jika bertumpu pada sebelah kiri, jantung akan menekan paru-paru kiri yang berukuran kecil, tentu ini sangat tidak baik

9. Menjaga saluran pernafasan.

Tidur miring mencegah jatuhnya lidah ke pangkal yang dapat mengganggu saluran pernafasan. Tidur dengan posisi telentang, mengakibatkan saluran pernafasan terhalang oleh lidah. Yang juga mengakibatkan seseorang mendengkur. Orang yang mendengkur saat tidur menyebabkan tubuh kekurangan oksigen. Bahkan terkadang dapat mengakibatkan terhentinya nafas untuk beberapa detik yang akan membangunkannya dari tidur. Orang tersebut biasanya akan bangun dengan keadaan pusing karena kurangnya oksigen yang masuk ke otak. Tentunya ini sangat mengganggu kualitas tidur.

Sungguh sangat sombong manusia, apabila manusia tidak mentaati tuhannya yang maha hidup lagi terus menerus dan tidak tertimpa rasa kantuk dan juga tidur. Sedangkan manusia hanyalah mahluk lemah yang apabila satu kegiatan ditinggalkan (seperti tidur yang kelihatannya sepele), ternyata dapat mengakibatkan dampak buruk bagi manusia itu sendiri sampai berujung kepada kematian.

Subhanallah....

Begitu indahnya syariat islam, sehingga apapun yang dilarang adalah tanda cinta ALLAH untuk manusia. Ada maksud yang mesti kita ketahui akan indah hikmah ALLAH kepada makhluk-Nya. Semoga ALLAH merahmati kita semua dengan kesabaran iman, dan takwa kepada-Nya. Aamiin

DUNIA DIMATA ORANG BERIMAN

Dari Abu Hurairah radhiyallahu’anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
الدُّنْيَا سِجْنُ الْمُؤْمِنِ ، وَجَنَّةُ الكَافِرِ
“Dunia adalah penjara bagi orang mukmin dan surga bagi orang kafir.” (HR. Muslim)
Dari Amr bin ‘Auf radhiyallahu’anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallambersabda,
فَوالله مَا الفَقْرَ أخْشَى عَلَيْكُمْ ، وَلكِنِّي أخْشَى أنْ تُبْسَط الدُّنْيَا عَلَيْكُمْ كَمَا بُسِطَتْ عَلَى مَنْ كَانَ قَبْلَكُمْ ، فَتَنَافَسُوهَا كَمَا تَنَافَسُوهَا ، فَتُهْلِكَكُمْ كَمَا أهْلَكَتْهُمْ
“Demi Allah. Bukanlah kemiskinan yang aku khawatirkan menimpa kalian. Akan tetapi aku khawatir ketika dibukakan kepada kalian dunia sebagaimana telah dibukakan bagi orang-orang sebelum kalian. Kemudian kalian pun berlomba-lomba dalam mendapatkannya sebagaimana orang-orang yang terdahulu itu. Sehingga hal itu membuat kalian menjadi binasa sebagaimana mereka dibinasakan olehnya.” (HR. Bukhari dan Muslim)
Dari Ka’ab bin ‘Iyadh radhiyallahu’anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
إنَّ لِكُلِّ أُمَّةٍ فِتْنَةً ، وفِتْنَةُ أُمَّتِي : المَالُ
“Sesungguhnya setiap umat memiliki fitnah, sedangkan fitnah ummatku adalah harta.” (HR. Tirmidzi, dia berkata hadits hasan sahih)
Dari Abu Hurairah radhiyallahu’anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallambersabda,
انْظُرُوا إِلَى مَنْ هُوَ أسْفَلَ مِنْكُمْ وَلاَ تَنْظُرُوا إِلَى مَنْ هُوَ فَوْقَكُمْ ؛ فَهُوَ أجْدَرُ أنْ لاَ تَزْدَرُوا نِعْمَةَ الله عَلَيْكُمْ
“Lihatlah kepada orang yang lebih rendah daripada kalian -dalam hal dunia- dan janganlah kalian melihat orang yang lebih di atasnya. Karena sesungguhnya hal itu akan membuat kalian tidak meremehkan nikmat yang Allah berikan kepada kalian.” (HR. Muslim)
Dari Shuhaib radhiyallahu’anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
عَجَباً لأمْرِ المُؤمنِ إنَّ أمْرَهُ كُلَّهُ لَهُ خيرٌ ولَيسَ ذلِكَ لأَحَدٍ إلاَّ للمُؤْمِن : إنْ أَصَابَتْهُ سَرَّاءُ شَكَرَ فَكانَ خَيراً لَهُ ، وإنْ أصَابَتْهُ ضرَاءُ صَبَرَ فَكانَ خَيْراً لَهُ
“Sangat mengagumkan urusan seorang mukmin. Sesungguhnya semua urusannya adalah baik baginya. Dan hal itu tidak didapatkan kecuali pada diri orang mukmin. Apabila dia mendapatkan kesenangan maka dia bersyukur. Dan apabila dia mendapatkan kesusahan maka dia akan bersabar.” (HR. Muslim)
Dari Abu Sa’id al-Khudri radhiyallahu’anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
إنَّ الدُّنْيَا حُلْوَةٌ خَضِرَةٌ وَإنَّ الله تَعَالَى مُسْتَخْلِفُكُمْ فِيهَا، فَيَنْظُرُ كَيْفَ تَعْمَلُونَ، فَاتَّقُوا الدُّنْيَا وَاتَّقُوا النِّسَاءَ
“Sesungguhnya dunia ini manis dan hijau. Dan sesungguhnya Allah ta’ala menyerahkannya kepada kalian untuk diurusi kemudian Allah ingin melihat bagaimana sikap kalian terhadapnya. Maka berhati-hatilah dari fitnah dunia dan wanita.” (HR. Muslim)
Dari Ibnu Umar radhiyallahu’anhuma, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
كُنْ في الدُّنْيَا كَأنَّكَ غَرِيبٌ ، أَو عَابِرُ سَبيلٍ
“Jadilah kamu di dunia seperti halnya orang asing atau orang yang sekedar numpang lewat/musafir.” (HR. Bukhari)
Dari Sahl bin Sa’id as-Sa’idi radhiyallahu’anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
لَوْ كَانَت الدُّنْيَا تَعْدِلُ عِنْدَ الله جَنَاحَ بَعُوضَةٍ ، مَا سَقَى كَافِراً مِنْهَا شَرْبَةَ مَاءٍ
“Seandainya dunia ini di sisi Allah senilai harganya dengan sayap nyamuk niscaya Allah tidak akan memberi minum barang seteguk sekalipun kepada orang kafir.” (HR. Tirmidzi, dan dia berkata hadits hasan sahih)
Dari Abdullah bin Mas’ud radhiyallahu’anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
مَا لِي وَلِلدُّنْيَا ؟ مَا أَنَا في الدُّنْيَا إِلاَّ كَرَاكِبٍ اسْتَظَلَّ تَحْتَ شَجَرَةٍ ثُمَّ رَاحَ وَتَرَكَهَا
“Ada apa antara aku dengan dunia ini? Tidaklah aku berada di dunia ini kecuali bagaikan seorang pengendara/penempuh perjalanan yang berteduh di bawah sebuah pohon. Kemudian dia beristirahat sejenak di sana lalu meninggalkannya.” (HR. Tirmidzi, dia berkata hadits hasan sahih)
Dari Anas bin Malik radhiyallahu’anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
اللَّهُمَّ لاَ عَيْشَ إِلاَّ عَيْشَ الآخِرَةِ
“Ya Allah tidak ada kehidupan yang sejati selain kehidupan akhirat.” (HR. Bukhari dan Muslim)

Aamiin... Aamiin... Aamiin... Ya Robbal... Alamin...

 ' Assalaamu ‘alaa manit-taba’al-hudaa'