Sabtu, 07 Desember 2013

Manajemen Cinta dalam Islam : Kala Cinta Menyapamu



Assalammu’alaykum, sahabat muda!
Kaifa khaluk? Gimana kabarnya hari ini? Semoga tetap GANBATTE dan SEHAT selalu yaa….
Kita berjumpa lagi dengan rubrik kajian ramadhan. Kajian sore ini membahas tentang tema yang sangat digemari oleh smua kaum cewek/cowok/tua/muda, apalagi kalo bukan tentang “C-I-N-T-A”. Yaps, sengaja kajian minggu lalu mengangkat judul pembahasan kajian : “Cinta dan idola remaja Muslim” karena memang sangat penting dipahami oleh kaum Hawa yang (katanya) mudah klepek-klepek kalo udah ketemu sama pembahasan satu ini. Langsung aja yuk kita simak bersama!
CINTA MENURUT AL-QUR’AN
 Cinta, Cinta, dan Cinta. 5 huruf yang selalu menghapuskan kesedihan. 1 kata yang selalu membangkitkan semangat juang. Cinta, Cinta, dan Cinta. Tak ada habisnya jika kita berbicara cinta, apalagi bagi kamu yang masih muda. Seakan cinta menjadi magnet yang kuat dalam hidup ini.
Sudah menjadi fitrah bagi diri setiap manusia memiliki rasa cinta tersebut, karena memang  ALLAH SWT. telah menanamkan perasaan itu ke dalam diri tiap insan sejak ia dilahirkan. Hal itu seperti telah difirmankan olehNya dalam QS. Ali-Imran : 14 yang membahas tentang rasa kecintaan yang ditanamkan ALLAH dalam diri seorang manusia. Berikut artinya :
Dijadikan indah pada (pandangan) manusia kecintaan kepada apa-apa yang diingini, yaitu: wanita-wanita, anak-anak, harta yang banyak dari jenis emas, perak, kuda pilihan, binatang-binatang ternak dan sawah ladang. Itulah kesenangan hidup di dunia, dan di sisi Allah-lah tempat kembali yang baik (surga).
Sudah jelas dalam ayat tersebut, bahwa memang perasaan cinta telah ditanamkan ke dalam perasaan setiap manusia dan memang telah menjadi fitrahnya untuk memiliki perasaan tersebut. Dari ayat di atas, ada beberapa hikmah yang dapat kita petik, di antaranya:
1. Fitrah Manusia
 “Dijadikan indah pada (pandangan) manusia kecintaan kepada apa-apa yang diingini”
 ALLAH SWT telah menciptakan manusia sebagai makhluk yang sempurna. Dengan kesempurnaan itu ALLAH menghadirkan rasa cinta sebagai fitrah manusia. Dengan adanya rasa cinta tersebut, manusia dapat memandang segala sesuatu menjadi indah. Secara maknawi pada kalimat pertama di dalam Surat Ali-Imran ayat 14, ALLAH SWT menerangkan kepada kita bahwa ALLAH telah memberi rasa cinta kepada manusia sehingga manusia cenderung memandang segala sesuatu menjadi terasa indah.
2. Cobaan Di Dunia
Yaitu: wanita-wanita, anak-anak, harta yang banyak dari jenis emas, perak, kuda pilihan, binatang-binatang ternak dan sawah ladang. Itulah kesenangan hidup di dunia”
Pada kalimat kedua Surat Ali-Imran ayat 14, ALLAH menyebutkan beberapa cobaan manusia di dunia. Cobaan yang pertama disebutkan ALLAH SWT dalam ayat tersebut adalah wanita, hal itu mengandung makna bahwa wanita (lawan jenis) merupakan cobaan terbesar kita di dunia. Hal ini bisa kita lihat dalam sebuah hadits shahih :
Dari Usamah bin Zaid, ia berkata, “Rasulullah SAW bersabda, ‘Tidaklah aku tinggalkan setelah kematianku kelak sebuah fitnah kekacauan yang lebih berbahaya bagi kaum laki-laki dari pada fitnah (yang disebabkan) wanita.” (Hadis Shahih :  Ash-Shahihah (2701). Muttafaq ‘Alaih)
3. ALLAH, Sebaik-Baik Tempat Kembali
 dan di sisi Allah-lah tempat kembali yang baik (surga)”
Di penutup ayat tersebut ALLAH SWT mengakhirinya dengan memberitahu kita bahwa di balik semua kesenangan tersebut, masih ada kenikmatan yang paling baik, yakni di surga. Di dalam tafsir Ibnu Katsir, Ibnu Jarir meriwayatkan dari Umar bin Khatthab, setelah turun ayat “Dijadikan indah pada (pandangan) manusia kecintaan kepada apa-apa yang diingini”, Umar berkata: “Ya Tuhanku, sungguh keindahannya bagi kami.” Kemudian diturunkanlah ayat: “Katakanlah: ‘Inginkah aku kabarkan kepadamu apa yang lebih baik dari yang demikian itu?’. Untuk orang-orang yang bertaqwa (kepada Allah), pada sisi Tuhan mereka ada surga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai; mereka kekal di dalamnya. Dan (mereka dikaruniai) istri-istri yang disucikan serta keridhaan Allah. Dan Allah Maha melihat akan hamba-hamba-Nya.’ ”
TINGKATAN CINTA DALAM ISLAM
Menurut Ibnu Qayyim ada enam tingkatan cinta dalam Islam, yaitu :
1.      Peringkat pertama adalah Tatayyum
Ini merupakan tingkatan cinta yang paling tinggi dan merupakan hak ALLAH SWT. ALLAH SWT. berfirman :
“Dan diantara manusia ada orang-orang yang menyembah tandingan- tandingan selain Allah; mereka mencintainya sebagaimana mereka mencintai Allah. Adapun orang-orang yang beriman amat sangat cintanya kepada Allah. Dan jika seandainya orang-orang yang berbuat zalim itu mengetahui ketika mereka melihat siksa (pada hari kiamat), bahwa kekuatan itu kepunyaan Allah semuanya, dan bahwa Allah amat berat siksaan-Nya (niscaya mereka menyesal).”(QS. Al-Baqarah : 65)
ALLAH-lah yang paling utama tiada tandingan tak ada bandingan. Posisinya tidak boleh digeser menjadi nomer dua atau bahkan tiga. Cinta kita kepada-Nya harus menjadi puncak dari segala cinta yang kita miliki.
2.      Peringkat kedua adalah ‘Isyk
Cinta ini yang merupakan haknya Rasulullah SAW. Cinta yang melahirkan sikap hormat, patuh, ingin selalu membelanya, ingin mengikutinya, mencontohnya, dan lain-lain. Namun, bukan untuk menghambakan diri kepadanya. Kita mencintai Rasulullah dengan segenap konsekuensinya. Kita akan dengan bangga menjalankan sunnah-sunnahnya dan mengikuti petunjuknya dalam mengamalkan agama ini. Kita juga akan mencintai khidupannya yang luhur dan penuh amal shalih. Kita rindu berjumpa dengannya karena kemuliaan yanga ada pada diri beliau. Cinta kita kepada Rasulullah mendorong kita untuk membela agama ini dengan kekuatan yang kita miliki. Demikian juga membela sunnahnya bila sunnahnya diinjak-injak oleh orang lain. ALLAH SWT. berfirman :
“Katakanlah: ‘Jika kamu (benar-benar) mencintai Allah, maka ikutilah aku, niscaya Allah mengasihi dan mengampuni dosa-dosamu’. Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.”(QS. Ali-Imran : 31)
3.      Peringkat ketiga adalah Syauq
Yakni cinta antara mukmin dengan mukmin lainnya. Antara suami isteri, antara orang tua dan anak, yang membuahkan rasa mawaddah wa rahmah. Seorang suami harus mencintai isterinya dengan sepenuh hati. Demikian pula si isteri harus memberi cintanya kepada suaminya. Cinta yang tumbuh pada diri mereka akan menambah ketentraman hati dan ketenangan jiwa. Hidup akan lengkap, karena saling mengerti dan memahami. Seorang ayah yang begitu perhatian kepada anaknya, mencurahkan cintanya kepada buah hatinya. Dia menyayangi nya dan rela bekerja siang dan malam untuk anak-anaknya. Selain karena ibadah kepada-Nya, dia melakukannya juga karena cinta.
4.      Peringkat ke empat adalah Shababah
Yaitu cinta sesama muslim yang melahirkan ukhuwah Islamiyah. Cinta ini menuntut sebuah kesabaran untuk menerima perbedaan dan melihatnya sebagai sebuah hikmah yang berharga. Seperti kita ketahui saat ini sedikit perbedaan saja seringkali menimbulkan perpecahan. Berbeda takbiratul ihram, berbeda gerakan shalat, berbeda hari Idul Fitri atau Idul Adha kadang tidak disikapi secara dewasa. Sehingga masalah pun muncul dan membuat jurang pemisah yang teramat dalam antar pengikutnya. Belum lagi kalau kita lihat betapa banyaknya kelompok harakah Islamiyah yang bermunculan. BIla cinta ini ada, insya Allah segala perbedaan bisa disinergiskan. Tidak semua perbedaan harus dipaksa sama, tapi kadang hanya membutuhkan sedikit pengertian saja. Cinta ini harus dimunculkan sebagai bentuk upaya untuk menciptakan kenyamanan hubungan dalam tubuh umat Islam.
5.      Peringkat kelima ‘Ithf (simpati)
Cinta ini ditujukan kepada sesama manusia. Rasa simpati ini melahirkan kecenderungan untuk menyelamatkan manusia, termasuk pula di dalamnya adalah berdakwah. Rasa ini seringkali muncul bila sisi kemanusian kita tersentuh. Di saat melhiat seorang anak kecil di sebuah gubuk dengan wajah penuh penderitaan, atau saat melihat korban musibah bencana alam berjatuhan, tentu saja  hal ini mengetuk kepedulian kita yang terdalam. Sisi kemanusiaan kita menjadi tersentuh dan ingin menitikkan air mata. Hati kita tidak tega melihat sebuah penderitaan yang tak kunjung berakhir. Inilah bentuk simpati yang muncul dari hati yang paling dalam.
6.      Peringkat keenam adalah cinta yang paling rendah dan sederhana, yaitu cinta atau keinginan selain kepada manusia : harta benda.
Namun, seringkali keinginan ini sebatas intifa’ (pendayagunaan/pemanfaatan). Cinta jenis ini pula yang sering menggelincirkan manusia. Karena sifat harta memang selalu melenakan. Namun, bila kita cerdas, banyaknya harta benda seharusnya tidak menjadikan kita terlena. Sebaliknya, ia hanya menjadi sarana untuk meraih cinta yang sebenarnya yaitu cinta kepada ALLAH SWT.

Tidak ada komentar :

Posting Komentar