Assalammu’alaykum,
sahabat muda!
Kaifa
khaluk? Gimana kabarnya hari ini? Semoga
tetap GANBATTE dan SEHAT selalu yaa….
Kita
berjumpa lagi dengan rubrik kajian ramadhan. Kajian sore ini membahas tentang
tema yang sangat digemari oleh smua kaum cewek/cowok/tua/muda, apalagi kalo
bukan tentang “C-I-N-T-A”. Yaps, sengaja kajian minggu lalu mengangkat judul
pembahasan kajian : “Cinta dan idola remaja Muslim” karena memang
sangat penting dipahami oleh kaum Hawa yang (katanya) mudah klepek-klepek kalo
udah ketemu sama pembahasan satu ini. Langsung aja yuk kita simak bersama!
CINTA
MENURUT AL-QUR’AN
Cinta,
Cinta, dan Cinta. 5 huruf yang selalu menghapuskan kesedihan. 1 kata yang
selalu membangkitkan semangat juang. Cinta, Cinta, dan Cinta. Tak ada habisnya
jika kita berbicara cinta, apalagi bagi kamu yang masih muda. Seakan cinta
menjadi magnet yang kuat dalam hidup ini.
Sudah
menjadi fitrah bagi diri setiap manusia memiliki rasa cinta tersebut, karena
memang ALLAH SWT. telah menanamkan perasaan itu ke dalam diri tiap insan
sejak ia dilahirkan. Hal itu seperti telah difirmankan olehNya dalam QS.
Ali-Imran : 14 yang membahas tentang rasa kecintaan yang ditanamkan ALLAH
dalam diri seorang manusia. Berikut artinya :
“Dijadikan
indah pada (pandangan) manusia kecintaan kepada apa-apa yang diingini, yaitu:
wanita-wanita, anak-anak, harta yang banyak dari jenis emas, perak, kuda
pilihan, binatang-binatang ternak dan sawah ladang. Itulah kesenangan hidup di
dunia, dan di sisi Allah-lah tempat kembali yang baik (surga).”
Sudah
jelas dalam ayat tersebut, bahwa memang perasaan cinta telah ditanamkan ke
dalam perasaan setiap manusia dan memang telah menjadi fitrahnya untuk memiliki
perasaan tersebut. Dari ayat di atas, ada beberapa hikmah yang dapat kita
petik, di antaranya:
1.
Fitrah Manusia
“Dijadikan
indah pada (pandangan) manusia kecintaan kepada apa-apa yang diingini”
ALLAH
SWT telah menciptakan manusia sebagai makhluk yang sempurna. Dengan
kesempurnaan itu ALLAH menghadirkan rasa cinta sebagai fitrah manusia. Dengan
adanya rasa cinta tersebut, manusia dapat memandang segala sesuatu menjadi
indah. Secara maknawi pada kalimat pertama di dalam Surat Ali-Imran ayat 14,
ALLAH SWT menerangkan kepada kita bahwa ALLAH telah memberi rasa cinta kepada
manusia sehingga manusia cenderung memandang segala sesuatu menjadi terasa
indah.
2.
Cobaan Di Dunia
“Yaitu:
wanita-wanita, anak-anak, harta yang banyak dari jenis emas, perak, kuda
pilihan, binatang-binatang ternak dan sawah ladang. Itulah kesenangan hidup di
dunia”
Pada
kalimat kedua Surat Ali-Imran ayat 14, ALLAH menyebutkan beberapa cobaan
manusia di dunia. Cobaan yang pertama disebutkan ALLAH SWT dalam ayat tersebut
adalah wanita, hal itu mengandung makna bahwa wanita (lawan jenis) merupakan
cobaan terbesar kita di dunia. Hal ini bisa kita lihat dalam sebuah hadits
shahih :
Dari
Usamah bin Zaid, ia berkata, “Rasulullah SAW bersabda, ‘Tidaklah aku tinggalkan
setelah kematianku kelak sebuah fitnah kekacauan yang lebih berbahaya bagi kaum
laki-laki dari pada fitnah (yang disebabkan) wanita.” (Hadis Shahih :
Ash-Shahihah (2701). Muttafaq ‘Alaih)
3.
ALLAH, Sebaik-Baik Tempat Kembali
” dan
di sisi Allah-lah tempat kembali yang baik (surga)”
Di
penutup ayat tersebut ALLAH SWT mengakhirinya dengan memberitahu kita bahwa di
balik semua kesenangan tersebut, masih ada kenikmatan yang paling baik, yakni
di surga. Di dalam tafsir Ibnu Katsir, Ibnu Jarir meriwayatkan dari Umar bin
Khatthab, setelah turun ayat “Dijadikan indah pada (pandangan) manusia
kecintaan kepada apa-apa yang diingini”, Umar berkata: “Ya Tuhanku,
sungguh keindahannya bagi kami.” Kemudian diturunkanlah ayat: “Katakanlah:
‘Inginkah aku kabarkan kepadamu apa yang lebih baik dari yang demikian itu?’.
Untuk orang-orang yang bertaqwa (kepada Allah), pada sisi Tuhan mereka ada
surga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai; mereka kekal di dalamnya. Dan
(mereka dikaruniai) istri-istri yang disucikan serta keridhaan Allah. Dan Allah
Maha melihat akan hamba-hamba-Nya.’ ”
TINGKATAN
CINTA DALAM ISLAM
Menurut
Ibnu Qayyim ada enam tingkatan cinta dalam Islam, yaitu :
1.
Peringkat
pertama adalah Tatayyum
Ini merupakan tingkatan cinta yang paling tinggi dan
merupakan hak ALLAH SWT. ALLAH SWT. berfirman :
“Dan diantara manusia ada orang-orang yang menyembah
tandingan- tandingan selain Allah; mereka mencintainya sebagaimana mereka
mencintai Allah. Adapun orang-orang yang beriman amat sangat cintanya kepada
Allah. Dan jika seandainya orang-orang yang berbuat zalim itu mengetahui ketika
mereka melihat siksa (pada hari kiamat), bahwa kekuatan itu kepunyaan Allah
semuanya, dan bahwa Allah amat berat siksaan-Nya (niscaya mereka
menyesal).”(QS. Al-Baqarah : 65)
ALLAH-lah yang paling utama tiada tandingan tak ada
bandingan. Posisinya tidak boleh digeser menjadi nomer dua atau bahkan tiga.
Cinta kita kepada-Nya harus menjadi puncak dari segala cinta yang kita miliki.
2.
Peringkat
kedua adalah ‘Isyk
Cinta ini yang merupakan haknya Rasulullah SAW. Cinta
yang melahirkan sikap hormat, patuh, ingin selalu membelanya, ingin
mengikutinya, mencontohnya, dan lain-lain. Namun, bukan untuk menghambakan diri
kepadanya. Kita mencintai Rasulullah dengan segenap konsekuensinya. Kita akan
dengan bangga menjalankan sunnah-sunnahnya dan mengikuti petunjuknya dalam
mengamalkan agama ini. Kita juga akan mencintai khidupannya yang luhur dan
penuh amal shalih. Kita rindu berjumpa dengannya karena kemuliaan yanga ada
pada diri beliau. Cinta kita kepada Rasulullah mendorong kita untuk membela
agama ini dengan kekuatan yang kita miliki. Demikian juga membela sunnahnya
bila sunnahnya diinjak-injak oleh orang lain. ALLAH SWT. berfirman :
“Katakanlah: ‘Jika kamu (benar-benar) mencintai Allah, maka
ikutilah aku, niscaya Allah mengasihi dan mengampuni dosa-dosamu’. Allah Maha
Pengampun lagi Maha Penyayang.”(QS. Ali-Imran : 31)
3.
Peringkat
ketiga adalah Syauq
Yakni cinta antara mukmin dengan mukmin lainnya.
Antara suami isteri, antara orang tua dan anak, yang membuahkan rasa mawaddah
wa rahmah. Seorang suami harus mencintai isterinya dengan sepenuh hati.
Demikian pula si isteri harus memberi cintanya kepada suaminya. Cinta yang
tumbuh pada diri mereka akan menambah ketentraman hati dan ketenangan jiwa.
Hidup akan lengkap, karena saling mengerti dan memahami. Seorang ayah yang
begitu perhatian kepada anaknya, mencurahkan cintanya kepada buah hatinya. Dia
menyayangi nya dan rela bekerja siang dan malam untuk anak-anaknya. Selain
karena ibadah kepada-Nya, dia melakukannya juga karena cinta.
4.
Peringkat
ke empat adalah Shababah
Yaitu cinta sesama muslim yang melahirkan ukhuwah
Islamiyah. Cinta ini menuntut sebuah kesabaran untuk menerima perbedaan dan
melihatnya sebagai sebuah hikmah yang berharga. Seperti kita ketahui saat ini
sedikit perbedaan saja seringkali menimbulkan perpecahan. Berbeda takbiratul
ihram, berbeda gerakan shalat, berbeda hari Idul Fitri atau Idul Adha kadang
tidak disikapi secara dewasa. Sehingga masalah pun muncul dan membuat jurang
pemisah yang teramat dalam antar pengikutnya. Belum lagi kalau kita lihat
betapa banyaknya kelompok harakah Islamiyah yang bermunculan. BIla cinta ini
ada, insya Allah segala perbedaan bisa disinergiskan. Tidak semua perbedaan
harus dipaksa sama, tapi kadang hanya membutuhkan sedikit pengertian saja.
Cinta ini harus dimunculkan sebagai bentuk upaya untuk menciptakan kenyamanan
hubungan dalam tubuh umat Islam.
5.
Peringkat
kelima ‘Ithf (simpati)
Cinta ini ditujukan kepada sesama manusia. Rasa
simpati ini melahirkan kecenderungan untuk menyelamatkan manusia, termasuk pula
di dalamnya adalah berdakwah. Rasa ini seringkali muncul bila sisi kemanusian
kita tersentuh. Di saat melhiat seorang anak kecil di sebuah gubuk dengan wajah
penuh penderitaan, atau saat melihat korban musibah bencana alam berjatuhan,
tentu saja hal ini mengetuk kepedulian kita yang terdalam. Sisi
kemanusiaan kita menjadi tersentuh dan ingin menitikkan air mata. Hati kita
tidak tega melihat sebuah penderitaan yang tak kunjung berakhir. Inilah bentuk
simpati yang muncul dari hati yang paling dalam.
6.
Peringkat
keenam adalah cinta yang paling rendah dan sederhana, yaitu cinta atau
keinginan selain kepada manusia : harta benda.
Namun, seringkali keinginan ini sebatas intifa’
(pendayagunaan/pemanfaatan). Cinta jenis ini pula yang sering menggelincirkan
manusia. Karena sifat harta memang selalu melenakan. Namun, bila kita cerdas,
banyaknya harta benda seharusnya tidak menjadikan kita terlena. Sebaliknya, ia
hanya menjadi sarana untuk meraih cinta yang sebenarnya yaitu cinta kepada
ALLAH SWT.
Tidak ada komentar :
Posting Komentar