Selasa, 28 Januari 2014

ATASI GAGAL BELAJAR PADA ANAK

KATA kunci dari belajar dan mengajar adalah perubahan. Ya, perubahanlah yang menjadi ukuran apakah seorang anak sudah belajar dan seorang guru atau guru sudah mengajar. Maka setiap langkah guru menuju sekolah, menuju kelas, adalah langkah perubahan.
Setiap goresan tinta guru dalam merencanakan pembelajaran adalah goresan perubahan. Setiap kelas yang guru masuki, adalah medan perubahan. Demikian seharusnya. Setiap anak yang kita jumpai adalah jawaban benarkah guru dan orang tua sudah membuat mereka berubah?
Pada faktanya, melakukan perubahan tidak semudah membalikan tangan, tidak semudah sulap yang cukup dengan berucap sim salabin abrakadabra. Dengan kata lain, acapkali kita menemukan anak yang gagal dalam belajar alias tidak menunjukkan perubahan. Mengapa? Tentang inilah saya ingin berbagi melalui tulisan ini. Saya akan merujuk pemikiran Burhanuddin Az-Zarnujy, seorang ulama besar abad 7 Hijriyah yang pakar pendidikan akhlak dan psikologi belajar Islam.
Makna Gagal Belajar
Ada dua makna gagal belajar. Pertama, sama sekali tidak mendapatkan pemahaman tentang yang ilmu yang dipelajari, tidak mencapai kompetensi yang seharusnya dipenuhi. Saya menyebutnya, bolostrong (bahasa Sunda), artinya kosong. Masuk kelas dengan kepala kosong, ke luar kelas masih kosong. Nah, itu namanya bolostrong. Sungguh kasihan bila anak-anak kita setiap hari seperti ini. Tapi lebih kasihan lagi kita sebagai gurunya. Bukankah sangat mungkin kitalah justru yang membuat mereka bolostrong?
Makna kedua dari gagal belajar adalah tidak adanya karakter yang terbentuk. Ilmu mungkin dikuasai, konsep dan prosedur mungkin dipahami, KKM mungkin dilampaui dengan sangat jauh, tetapi tidak berefek pada perubahan sikap dan perilaku, alias karakter. Inilah yang disebut ilmu tidak manfaat.
Mengapa Gagal?
Kegagalan belajar bermuara pada dua sebab utama, yaitu berkaitan dengan metode dan etika. Artinya belajar tanpa metode dan belajar tanpa etika, itulah pewaris kegagalan belajar yang dialami siswa. Belajar tanpa metode dan etika adalah belajar menuju gagal.
Belajar tanpa metode, itulah yang hampir umum ditemukan pada anak-anak kita, atau mungkin di hampir semua sekolah. Sudahkah anak-anak kita mengetahui metode mencatat yang efektif, metode membaca, metode menghafal, metode menjawab, metode mempelajari sebuah mata pelajaran? Mari persempit pertanyaanya pada mata pelajaran yang kita ampu.
Sebagai guru agama misalnya, saya harus bertanya sudahkan anak-anak didik saya tahu bagaiman metode mempelajari Islam yang baik dan efektif? Atau dipersempit lagi pada kompetensi tertetu. Sudahkah anak-anak didik saya mengetahui metode memahami ilmu waris yang mudah dan cepat?
Maka kewajiban seorang guru adalah mengenalkan dan mengajarkan kepadan anak metode belajar. Mengajarkan metode belajar jauh lebih penting daripada mengajarkan materi atau kompetensi mata pelajaran itu sendiri. Mengajar sebuah mata pelajaran tanpa mengajarkan bagaimana metode mempelajarinya, sama dengan menyuruh anak masuk kolam renang tanpa diajarkan cara berenang. Tidak kelelep pun dah syukur! Mak, mari ajari anak-anak kita belajar bagaimana cara belajar.
Bayangkan, bila seorang guru menghabiskan alokasi 1 tatap muka dengan 2 jam pelajaran untuk mengenalkan metode belajar mata pelajaran yang diampunya, sungguh menurut saya itu akan jadi senjata ampuh dan energi dahsyat untuk dengan mudah mempelajari mata pelajaran tersebut pada belasan tatap muka lainnya. Itulah kekuatan metode.
Demikianlah betapa pentingnya seorang guru, da’i, orang tua, dan semua yang terlibat dalam pendidikan memahami pentingnya metode. Mewariskan Islam kepada anak-anak kita perlu disertai dengan kesadaran akan hal ini. Sangat disayangkan, masih banyak guru dan da’i yang pengajarannya tentang Islam hanya mementingkan isi dan melupakan metode. Padahal bila berkaca kepada sejarah hidup Rasulullah saw, betapa Rasulullah saw adalah sosok yang sangat memperhatikan metode.
Di sekolah, saya sering berseloroh, salah besar bila guru mengajar tapi tidak mengajarkan metode belajar. Mengapa? Ya, karena itu sama saja dengan membiarkan siswa gagal sejak awal.
Lalu bagaimana dengan masalah etika dalam belajar?

DEBAT KUSIR, HARUSKAH

Rasulullah -shollallohu ‘alaihi wasallam- bersabda :
أَنَا زَعِيمٌ بِبَيْتٍ فِى رَبَضِ الْجَنَّةِ لِمَنْ تَرَكَ الْمِرَاءَ وَإِنْ كَانَ مُحِقًّا وَبِبَيْتٍ فِى وَسَطِ الْجَنَّةِ لِمَنْ تَرَكَ الْكَذِبَ وَإِنْ كَانَ مَازِحًا وَبِبَيْتٍ فِى أَعْلَى الْجَنَّةِ لِمَنْ حَسَّنَ خُلُقَهُ
“Aku menjamin sebuah rumah di pinggir jannah (surga) bagi siapa saja yang meninggalkan perdebatan berkepanjangan meskipun ia dalam kebenaran (al haq), juga sebuah rumah di tengah jannah bagi siapa  saja yang meninggalkan berbohong walaupun ia sedang bercanda, serta sebuah rumah di puncak jannah bagi siapa  saja yang berakhlak mulia”
(HR. Abu Dawud, Dinyatakan Hasan shahih oleh Syaikh Al Albani)
Umar Bin Khattab berkata :
لا يجد عبد حقيقة الإيمان حتى يدع المراء وهو محق ويدع الكذب في المزاح وهو يرى أنه لو شاء لغلب
“Seseorang tidak akan merasakan hakikat iman sampai ia mampu meninggalkan perdebatan yang berkepanjangan meskipun ia dalam kebenaran, dan meninggalkan berbohong meskipun hanya bercanda padahal ia tahu seandainya ia mau ia pasti menang dalam percebatan itu”
(Kanzul Ummal juz 3 hal 1165)
Imam Ishaq bin Isa berkata :
المِراء والجِدال في العلم يَذهبُ بنور العلم من قلب الرجل
“Imam Malik bin Anas mengatakan : “Debat kusir dan pertengkaran dalam masalah ilmu akan menghapuskan cahaya ilmu  dari hati seseorang”
Imam Ibnu Wahab berkata : “Aku mendengar Imam Malik bin Anas mengatakan :
المراء في العلم يُقسِّي القلوب ، ويورِّث الضغن
“Perdebatan dalam ilmu akan mengeraskan hati dan menyebabkan kedengkian”
(Jaami’ al Uluum wak Hikam 11/16)
Tanda-tanda Diskusi Menjai Debat Kusir
1. Nada suara mulai meninggi
2. Tulisan mulai menggunakan istilah yang emosional
3. Mulai muncul kata-kata ejekan atau sebutan yang merendahkan
4. Mengulang-ulang argumentasi
5. Mengingkari aksioma (pernyataan yang dapat diterima sebagai kebenaran tanpa harus melalui pembuktian)
6. Menolak logika
7. Mulai melibatkan perasaan dan emosi yang berlebihan
Jika sudah seperti ini, sebaiknya segera tinggalkan saja karena bukan manfaat yang akan kita dapat, melainkan justru madhorot. Bukan ukhuwwah yang kita raih, melainkan kebencian dan kedengkian yang kita peroleh.
لاَ تَعَلَّمُوا الْعِلْمَ لِتُبَاهُوا بِهِ الْعُلَمَاءَ وَلاَ لِتُمَارُوا بِهِ السُّفَهَاءَ وَلاَ تَخَيَّرُوا بِهِ الْمَجَالِسَ فَمَنْ فَعَلَ ذَلِكَ فَالنَّارُ النَّارُ
“Janganlah kalian mencari ilmu untuk menandingi para ulama atau untuk mendebat orang-orang bodoh atau agar bisa menguasai pertemuan dan majlis-majlis.  Barangsiapa yang berbuat seperti itu, maka neraka baginya, neraka baginya”
(Diriwayatkan oleh Ibnu Hibban, Ibnu Majah dan Al Hakim, beliau menyatakan bahwa hadits ini Shahih dengan para periwayat yang terpercaya sesuai dengan syarat-syarat Imam Muslim)
- Berbantah-bantahan: Sebab Kekalahan Perjuangan Dan Jihad
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا إِذَا لَقِيتُمْ فِئَةً فَاثْبُتُوا وَاذْكُرُوا اللَّهَ كَثِيرًا لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُونَ وَأَطِيعُوا اللَّهَ وَرَسُولَهُ وَلَا تَنَازَعُوا فَتَفْشَلُوا وَتَذْهَبَ رِيحُكُمْ وَاصْبِرُوا إِنَّ اللَّهَ مَعَ الصَّابِرِينَ
““Hai orang-orang yang beriman. apabila kamu memerangi pasukan (musuh), Maka berteguh hatilah kamu dan sebutlah (nama) Allah sebanyak-banyaknya agar kamu beruntung. Dan taatlah kepada Allah dan Rasul-Nya, DAN JANGANLAH KAMU BERBANTAH-BANTAHAN, YANG MENYEBABKAN KAMU MENJADI GENTAR DAN HILANG KEKUATANMU dan bersabarlah. Sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang sabar”. (QS Al Anfal 45 – 46)
- Kunci-kunci Kemenangan Dalam Jihad
Imam Ibnul Qoyyim Al Jauziyyah menjelaskan ayat 45 – 46 surah Al Anfal dengan penjelasan berikut :
“Di sini, Alloh memerintahkan lima hal kepada para mujahidin. Tidaklah kelima hal ini terkumpul dalam tubuh sebuah kelompok melainkan kelompok itu pasti menang, walau pun jumlahnya sedikit dan jumlah musuhnya banyak :
Pertama :
Istiqomah dan tsabat
Kedua :
Banyak berdzikir (mengingat) menyebut nama Alloh Subhaanahu Wa Ta’ala
Ketiga :
Mentaati Alloh dan mentaati Rosul-Nya
Keempat :
Persatuan kalimat dan tidak saling berbantah bantahan, karena itu akan menghantarkan kepada kegentaran dan kelemahan. Berbantah-bantahan ini adalah tentara yang bisa menguatkan musuh dari orang yang saling berbantah-bantahan untuk mengalahkan mereka. Karena dengan bersatu, suatu pasukan seperti seikat anak panah yang tidak seorang pun mampu mematahkannya. Jika anak panah itu dipisah-pisah, musuh akan bisa mematahkannya.
Kelima: Yang merupakan kunci, pilar dan penopang keempat hal di atas, yaitu : Sabar.
Inilah lima hal yang menjadi dasar terbangunnya kemenangan. Ketika kelima hal ini –atau sebagiannya— hilang, kemenangan pun akan hilang sebanding dengan berkurangnya sebagian darinya. Jika semuanya terkumpul, satu sama lain akan saling menguatkan, sehingga pasukan tersebut akan melahirkan pengaruh yang besar dalam meraih kemenangan. Ketika kelima hal ini terkumpul dalam diri para shahabat, tidak ada satu pun bangsa di dunia yang mampu menandingi mereka. Mereka taklukkan dunia dan seluruh rakyat serta negeri tunduk kepada mereka. Tatkala generasi sepeninggal mereka berpecah belah dan melemah, terjadilah apa yang terjadi, la haula wa la quwwata illa billaahil ‘Aliyyi `l ‘Adzim; tiada daya dan kekuatan melainkan (dengan) pertolongan Alloh yang Mahatinggi lagi Maha Agung.
(Al Furusiyyah : Ibnul Qoyyim Al Jauziyyah hal 506)
Dzikir: Batu Bata Membangun Rumah di Jannah
أن بيوت الجنة تبنى بالذكر فإذا أمسك الذاكر عن الذكر أمسكت الملائكة عن البناء
“Sesungguhnya rumah-rumah kita di jannah dibangun dengan dzikir, maka ketika seseorang berhenti berdzikir, malaikat pun berhenti membangun rumah itu”
(Al Wabil Ash Shoib – Ibnul Qoyyim Al Jauziyyah 1/109)
*********
اللَّهُمَّ إِنِّى أَعُوذُ بِكَ مِنَ الْعَجْزِ وَالْكَسَلِ وَالْجُبْنِ وَالْبُخْلِ وَالْهَرَمِ وَعَذَابِ الْقَبْرِ
“Ya Allah aku berlindung  kepada-Mu dari lemahnya hati dan kemalasan, sifat pengecut, kikir, kepikunan dan dari azab kubur”.
اللَّهُمَّ آتِ نَفْسِى تَقْوَاهَا وَزَكِّهَا أَنْتَ خَيْرُ مَنْ زَكَّاهَا أَنْتَ وَلِيُّهَا وَمَوْلاَهَا
“Ya Allah limpahkan pada hatiku ketaqwaan kepada-Mu dan sucikanlah ia sesungguhnya Engkau lah sebaik-baik Yang Mensucikan hati. Engkau lah pelindung hatiku dan Yang Paling dicintainya”.
اللَّهُمَّ إِنِّى أَعُوذُ بِكَ مِنْ عِلْمٍ لاَ يَنْفَعُ وَمِنْ قَلْبٍ لاَ يَخْشَعُ وَمِنْ نَفْسٍ لاَ تَشْبَعُ وَمِنْ دَعْوَةٍ لاَ يُسْتَجَابُ لَهَا
“Ya Allah aku berlindung kepada-Mu dari Ilmu yang tidak bermanfaat,  hati yang tidak pernah tenang, nafsu yang tidak pernah merasa puas dan dari do’a yang tidak pernah dikabulkan”
(HR Bukhari-Muslim )

Sabtu, 18 Januari 2014

HANYA ADA 3 HARI DALAM HIDUP INI..!!


HARI KEMARIN..
Kamu tak bisa mengubah apapun yg telah terjadi..
Kamu tak bisa menarik perkataan yg telah terucapkan..
Kamu tak mungkin lagi menghapus kesalahan dan mengulangi kegembiraan yang kamu rasakan kemarin..
Biarkan hari kemarin lewat; LEPASKAN saja..

HARI ESOK..
Hingga mentari terbit esok hari,
Kamu tak tahu apa yg akan terjadi..
Kamu belum bisa melakukan apa-apa untuk esok hari..
Kamu tak mungkin tahu.., sedih atau ceria di esok hari..
Karena Esok hari belum tiba BIARKAN saja..

Yang tersisa kini hanyalah
HARI INI..
Pintu masa lalu telah tertutup..
Pintu masa depanpun belum tiba..
Pusatkan saja diri kamu untuk hari ini..
Kamu dapat mengerjakan lebih banyak hal untuk hari ini..,
Bila kamu mampu melupakan hari kemarin..
Dan melepaskan ketakutan akan esok hari..

Hiduplah HARI INI..
Karena masa lalu dan masa depan hanyalah permainan pikiran yang rumit..

Hiduplah apa adanya..
Karena yang ada hanyalah hari ini..
Perlakukan setiap orang dengan kebaikan hati dan rasa hormat.. Meski mereka berlaku buruk pada kamu..

Sayangilah seseorang sepenuh hati hari ini.. karena mungkin besok cerita sudah berganti..

Ya Allah..
Tanamkan selalu hidayah_Mu di dalam hati kami.
Kerana hanya Engkau-lah yang mampu memberi petunjuk kepada kami.

Aamiin Ya Rabbal 'Alamiin.

Kamis, 16 Januari 2014

DOA SUPAYA MENDAPAT KEMUDAHAN DALAM SEGALA URUSAN

Segala puji bagi Allah, Rabb semesta alam. Shalawat dan salam kepada Nabi kita Muhammad, keluarga dan sahabatnya.
Pada kesempatan pagi penuh barokah ini, kami ingin berbagi dengan pembaca sekalian sebuah do’a yang bermanfaat. Do’a ini adalah do’a yang shahih dari Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam berisi permohonan berbagai kemudahan dalam segala urusan. Semoga bermanfaat.

Dari Anas bin Malik, beliau berkata bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

اللَّهُمَّ لاَ سَهْلَ إِلاَّ مَا جَعَلْتَهُ سَهْلاً وَأَنْتَ تَجْعَلُ الحَزْنَ إِذَا شِئْتَ سَهْلاً
Allahumma laa sahla illa maa ja’altahu sahlaa, wa anta taj’alul hazna idza syi’ta sahlaa

[artinya: Ya Allah, tidak ada kemudahan kecuali yang Engkau buat mudah. Dan engkau menjadikan kesedihan (kesulitan), jika Engkau kehendaki pasti akan menjadi mudah].

Hadits ini dikeluarkan oleh Ibnu Hibban dalam Shahihnya (3/255). Dikeluarkan pula oleh Ibnu Abi ‘Umar, Ibnus Suni dalam ‘Amal Yaum wal Lailah. (Lihat Jaami’ul Ahadits, 6/257, Asy Syamilah)
Sanad hadits ini shahih sebagaimana dikatakan oleh Syaikh Syu’aib Al Arnauth dalam tahqiqnya terhadap Shahih Ibnu Hibban.

Faedah singkat dari do’a di atas:
  1. Yang namanya kemudahan hanya datang dari Allah. Sesuatu yang sulit sekalipun bisa menjadi mudah jika Allah kehendaki.
  2. Hendaklah hati selalu bergantung pada Allah, bukan bergantung pada diri sendiri yang lemah. Jika hati terlalu yakin atau terlalu PD (percaya diri) sehingga melupakan Rabb di atas sana, maka sungguh urusan tersebut akan semakin sulit. Ingatlah bahwa barangsiapa yang senantiasa bertawakkal pada Allah, maka Allah akan mempermudah urusannya.
  3. Manusia punya kehendak. Namun kehendak tersebut bisa terealisasi dengan baik dan sempurna, jika Allah menghendakinya. Oleh karena itu, hati seharusnya bersandar pada Sang Kholiq, Allah Ta’ala.
  4. Perlunya beriman kepada takdir ilahi dengan baik sehingga tidak membuat seseorang semakin sedih atas musibah atau kesulitan yang menimpanya.
  5. Takdir di satu sisi terasa menyakitkan. Namun jika kita memandang dari sisi lain, pasti ada yang terbaik dan hikmah yang besar di balik itu semua. Yakinlah!
Semoga kita bisa mengamalkan do’a ini di kala kita sulit dan di saat mengharap kemudahan dari Allah. Semoga sajian singkat ini bermanfaat.
Segala puji bagi Allah yang dengan nikmat-Nya segala kebaikan menjadi sempurna.

Rabu, 15 Januari 2014

KENALAN AWAL

Pertama, berikut adalah kata, ekspresi, frase yang biasa digunakan untuk menyampaikan gagasan dalam sebuah percakapan ketika dua orang baru pertama kalai bertemu atau berkenalan.
Assalamu'alaikum Warohmatullohi Wabarokatuh: Semoga kedamaian dilimpahkan kepadamu diiringi dengan rahmat dari Allah dan juga barakah dari Allah untukmu
Afwan: Maaf/Sama-sama.
Tafadhdhol: Silahkan(untuk umum).
Tafadhdholy: Silahkan(untuk perempuan).
Mumtaz: Keren/Bagus sekali.
Na'am: Iya.
Laa: Tidak.
Syukron: Terima kasih.
Khoir: Baik.
Thoyyib: Oke.
Barokalloh fikum: semoga Allah memberikan berkah.
Waiyyakum: Sama-sama.
Jazakumulloh khoyran: Semoga Allah membalas kalian dengan lebih baik.
Jazakolloh khoyran: Semoga Allah membalasmu(laki-laki) dengan lebih baik.
Jazakillah khoyran: Semoga Allah membalasmu(perempuan) dengan lebih baik.
ana:  saya.
antum: kalian(laki-laki).
antunna: kalian(perempuan).
anta: kamu(laki-laki).
anti: kamu (perempuan).
ya akhi: wahai saudaraku(laki-laki).
ya ukhti: wahai saudaraku(perempuan).
Rohimahulloh: semoga Allah merahmatinya.
laa ba'sa: tidak apa-apa.
Ahlan wa sahlan: selamat datang.
masmuka: siapa namamu?(laki-laki).
masmuki: siapa namamu?(perempuan).
ismii: nama saya.
kayfa halukh: apa kabar?
nashoro: menolong.
hadza: ini.
wa: dan.
baabun: pintu.
diinun: agama.
baytun: rumah.
kitaabun: buku.
Rosuululloh: utusan Allah.
Alhamdulilah: segala puji bagi Allah.
Subhanallah: Maha Suci Allah
Allahuakbar: Allah Maha Besar
Wallohu a'lam bishowab = dan hanya Allah yang Maha Mengetahui.

Kedua, ini adalah contoh percakapan berbahasa Arab yang bisa anda pelajari.
KHALID : Assalaamu ‘alaikum
ABDULLAH: Wa’alaikum salaam
KHALID: Kayfa haaluka? (Apa Kabar?)
ABDULLAH: Bikhair Alhamdulillah (Alhamdulillah baik-baik saja)
KHALID: Masmuka? (Siapa namamu?)
ABDULLAH : Ismii ‘Abdullaah, Wanta? (Nama saya Abdullah, dan nama kamu?)
KHALID: Ana Khaalid (Saya Khalid)
ABDULLAH: Ahlan yaa Khalid (Salam perkenalan denganmu hei Khalid)
KHALID: Ahlan wasahlan bika yaa ‘abdallah (Sama-sama hei Abdullah)
ABDULLAH : Hal anta Ambuuniy? (Apakah kamu orang Ambon?)
KHALID : Na’am ana Ambuuniy, wanta? (Iya, saya orang Ambon, dan kamu?)
ABDULLAH : Ana Jaawiyy (Saya orang Jawa)
KHALID : Ayna taskunul aana? (Dimana kamu tinggal sekarang?)
ABDULLAH: Askunu fii tsamaaniyati syaari’ Hasaanuddiin bi Ambuun (Saya tinggal di jl Hasanuddin no 8 Ambon)
KHALID: Wa ayna tadrus? (Dan dimana kamu sekolah?)
ABDULLAH: Adrusu fil madrasatil I’daadiyyatil islaamiyyati “As-salaam“ (Saya sekolah di SMP islam Assalaam)
KHALID : Maa Lu’batuka? (Kamu suka permainan apa?)
ABDULLAH: Ana al’abu kuratal qadami (Saya main sepak bola)
KHALID : Anaa al’abu kuratas-sallati (Saya suka main bola basket)
ABDULLAH : Wamaa hiwaayatuka ya khaalid? (Dan apa hobimu hei Khalid?)
KHALID: Hiwaayatiy jam’ut-thawaabi’. Wanta? (Hobiku koleksi prangko, dan kamu?)
ABDULLAH : Hiwaayati ar-rasmu was-sibaahah (Hobiku melukis dan berenang)
KHALID: Anaa sa’iidun jiddan lima’rifatik (Senang sekali saya dapat berkenalan denganmu)
ABDULLAH: Wanaa aydhan (Saya pun demikian)
KHALID: Syukran ‘alat-ta’aarufi (Terima kasih atas perkenalannya)
ABDULLAH: Afwan (Sama-sama)
KHALID: Ma’as-salaamah (Sampai jumpa)
ABDULLAH: Ma’as-salaamah (Sampai jumpa lagi)