BEREDARNYA video mesum siswa SMP 4 Jakarta yang
tadinya diduga merupakan kejadian berdasarkan suka sama suka kini
ternyata karena sebuah paksaan. Hal ini dari pernyataan klarifikasi sang
ayah dari wanita pelaku video mesum yang melaporkan kepada polisi.
Menurut Sang ayah, video itu adalah tindakan bullying (Tribunnews.com/29/10/2013).
Kasus ini menambah fakta panjang mengenai gambaran kerusakan moral anak-anak bangsa.
Tahun 2008, jumlah anak yang tertayang sebagai subyek dan obyek situs
porno sebanyak 4.000 orang. Namun, tahun 2011, jumlahnya meningkat
empat kali lipat menjadi 16.000 orang. Sejak tahun 2005, Indonesia masuk
dalam 10 negara yang paling banyak mengakses situs porno. Pada tahun
2005, Indonesia berada di posisi ke-7, tahun 2007 di posisi ke-5, dan
tahun 2009 berada di posisi ke-3. Peringkat Indonesia cenderung
meningkat seiring dengan pesatnya pengguna internet yang mencapai 55,2
juta orang, data tahun 2011 (Kompas.com/16/032012).
Komnas Anak juga melansir, 97% anak pernah nonton pornografi, 97%
anak SD pernah mengakses pornografi (2009) dan 30% dari 2-2,6 juta kasus
aborsi dilakukan oleh remaja usia 15-24 tahun. Berdasarkan data
Depkomfino pada tahun 2007 , ada 25 juta pengakses internet di
Indonesia. Konsumen terbesar 90% adalah anak usia 8-16 tahun, 30% adalah
pelaku sekaligus korban prnografi adalah anak .
Lebih ironi lagi, Seperti dikutip dari mediaindonesia.com,
sebelumnya Indonesia ada di peringkat ke 3 pada pertengahan Januari lalu
setelah China dan Turki. Namun data terbaru kini Indonesia berada dalam
peringkat pertama. Mayoritas pengunduh berusia remaja, 2012
(Metrotvnews.com/15/06/2012).
Remaja Kita, Asset Bangsa Kita
Remaja adalah pemuda yang mampu membawa bangsa menuju masa depan
gemilang, namun jika para pemudanya mengalami krisis moral, mau dibawa
kemana negeri ini?
Menurut World Population Prospect United Nations Departeman of Economic and Social Affair,
sebanyak 1,2 miliar penduduk dunia atau hampir satu dari lima orang di
dunia adalah berusia 10-19 tahun. Adapun 900 juta orang dianataranya
tinggal di Negara berkembang. Di Indonesia sendiri hasil sensus penduduk
tahun 2010 menunjukkan bahwa satu dari empat orang penduduk Indonesia
merupakan kaum muda berusia 10-24 tahun (Kompas.com, 08/08/2012).
Pemuda adalah mereka yang memiliki keistimewaan lebih dari pada yang
lain. Seperti, akal, tenaganya yang prima, dan ilmunya. Dari ketiga
rangkaian keistimewaan tersebut maka pemuda mampu menjadi motor
penggerak perubahan bangsa menjadi lebih baik.
Berdirinya organisasi Budi Utomo pada tahun 1908 , adanya ikrar
Sumpah Pemuda 28/10/1928, diproklamisakannya indoneisa menjdai negeri
yang merdeka 17/8/1945 , dan pergantian orde baru menjadi reformasi
dikarenakan gerakan pemuda. Pemudalah yang memotori perubahan.
Generasi berkualitas lahir dari rahim ibu yang cerdas. Banyak tokoh
Islam yang berhasil dan melukiskan prestasi yang gemilang melalui
didikan tangan orangtuanya, terutama ibunya. Seperti Imam syafi’I yang
dibesarkan tanpa seorang ayah.
Ummu Sulaim ra., sosok ibunda yang sholeh dan cerdas melahirkan Anas
bin Malik, salah satu dari tujuh sahabat yang banyak meriwayatkan hadis.
Anas bin Malik ra. bahkan telah banyak ‘meluluskan’ ulama-ulama hebat
dalam sejarah. Tidak aneh karena Anas adalah seorang mufti, qari’,
muhaddits dan perawi.
Anas bin Malik ra. banyak mencetak sejumlah ulama dan orang-orang
penting di antaranya adalah Hasan al-Bashri, Ibnu Sirin, Asy Sya’bi, Abu
Kilabah, Makhul, Umar bin Abdul Aziz, Tsabit al-Banani, Bakar bin
Abdillah al-Mazani, az-Zuhri, Qatadah, Ibn al-Munkadir, dan masih banyak
nama lainnya.
Istri Imran ketika mengandung Maryam, digambarkan al-Quran, mendoakan
putrinya agar menjadi wanita salehah. Sejarah kemudian membuktikan
bahwa Maryam adalah wanita pilihan Allah yang dari rahimnya lahir Nabi
Isa AS. “Ingatlah ketika istri Imran berdo’a, “Tuhanku, sungguh aku memohon kapada-Mu, agar anak yang ada dalam kandunganku ini menjadi anak yang saleh dan berkhidmat.”(QS. Ali Imran:35)
Penting Peran Ibu Menangani Krisis Moral Remaja
Pendidikan remaja tak terlepas dari peran keluarga, pendidikan
pertama dan utama yang dilalui oleh anak. Terutama pendidikan ibunya.
Ibu tak cukup hanya menjadi sesorang yang mampu memberikan kebutuhan
secara materi kepada anak-anaknya. Namun ia juga menjadi ibu yang mampu
mendidik anak, mengawasi anak, dan memperhatikan anak untuk menjadi
penerus bangsa yang cerdas dan bermoral.
Maka kesibukan orangtua dalam bekerja hingga melalaikan dari
memperhatikan anak adalah salah satu faktor yang menumbuh kembangkan
anak berperilaku amoral dan jauh dari nilai-nilai agama.
Lengahnya orangtua terutama ibu akan memberikan kesempatan luas kepada media, televisi, internet dan handpohone
untuk mendidik anak tanpa pantauan dari orangtua. Hingga anak bebas
mengakses segala informasi yang ada dalam media, pengaruh buruk sangat
mudah merasuki pemikiran dan perilaku anak seiring mudahnya penyebaran
informasi melalui digital.
Tentu ibu harus berani mengambil sikap untuk mau menjadi ibu yang
peduli dengan perkembangan anak. Dengan menjadi ibu yang fokus mendidik
anak tanpa lalai. Islam mendudukkan wanita pada posisi yang mulia yaitu
pendidik dan pencetak generasi berkualitas. Dengan menanamkan akidah
Islam sejak dini kepada anak-anak, memberikan pemahaman dan pengertian
mengenai bagaimana islam mengatur pergaulan antara laki-laki dan
perempuan, serta mengawasi anak dalam belajar terutama saat mengakses
internet.
Selain itu ibu juga harus berusaha memberikan fasilitas kepada
anaknya dengan layanan internet di rumah agar anak tidak terlalu bebas
ke luar, seperti ke warnet dengan alasan mengerjakan tugas. Dengan
begitu ibu lebih mudah mengawasi anak.
Membentengi anak dengan akhlak dan ajaran agama, menjalin komunikasi
yang dekat dengan anak, memberikan koneksi internet yang mudah , sehat
dan aman di rumah, mengarahkan dan memberikan contoh penggunaan internet
sehat adalah beberapa langkah preventif yang mampu dilakukan oleh ibu
(Kabarit.com/22/12/2010).
Orangtua adalah salah satu dari beberapa komponen yang berperan dalam
keberhasilan mendidik anak. Karena dalam pendidikan anak tak terlepas
dari keluarga, teman, lingkungan sekolah, masyarakat dan pemerintah.
Maka membutuhkan sebuah visi yang sama antara komponen-komponen tersebut
untuk menjadikan anak menjadi generasi yang berkepribadian islam dan
memiliki intelektualitas tinggi. Hingga ia, para generasi muda mampu
memanfaatkan ilmunya untuk kemaslahatan ummat, membawa bangsa menjadi
yang lebih baik.
Tidak ada komentar :
Posting Komentar