Selasa, 17 Desember 2013

Said Mushthafa Al Manfaluthi

CARILAH kebahagiaan di dalam rimba yang penuh belukar, di pedesaan, di bukit-bukit, di kebun dan kayu-kayu, di daun hijau dan bunga-bunga yang mekar, di danau dan sungai yang mengalir. Carilah kebahagiaan pada sang surya yang terbit di pagi dan terbenam disore hari, pada burung-burung yang hinggap atau terbang, pada bintang-bintang yang berkelip-kelip dan tetap pada tempatnya.
Carilah kebahagiaan dikebun bunga di dekat rumahmu, diperangkaianya yang baru dibuat, dibarisan tanamanya yang baru diatur.
Carilah kebahagiaan di pinggir sungai sambil termenung, di puncak-puncak bukit yang didaki dengan susah payah.
Carilah kebahagiaan ketika mendengarkan aliran air ditengah malam, pada bunyi angin sepoi-sepoi basa, pada persentuhan antara daun dan kayu ketika hendak lurut, pada bunyi jengkerikditengah malam dan bunyi katak yang mengorek ditengah sawah.
Dalam semua yang sudah tersebut diatas, tersimpanlah kebahagiaan yang sejati, yang indah, mulia, murni, sakti, yang menyuruh faham menjalar, menyuruh perasaan menjalar kedalam keindahan, menghidupkan hati yang telah mati, mendatangkan ketentraman yang sejati didalam padang hayati.
Memang, letak kebahagiaan amatlah tinggi. Tetapi kitaharus bisa menuju kesana. Ada seorang yang berputus asa berjalan tujuanya lantaran prasangkanya jalan menuju kesananya sangat susah. Padahal mudah, sebab harus dimulai dari diri sendiri.

Senin, 16 Desember 2013

“Gebrakan Baru Islamisasi Ilmu Prof. Wan Mohd Nor”

JURNAL Pemikiran Islam Islamia (Republika-INSISTS), edisi Kamis (18/07/2013), menurunkan sebuah tulisan menarik  berjudul “ISLAMISASI, DEWESTERNISASI DAN DEKOLONISASI”, karya Prof. Dr. Wan Mohd Nor Wan Daud. Bagi pecinta dan pemerhati khazanah pemikiran Islam kontemporer, nama penulis tersebut tentu sudah tidak asing lagi.
Tahun lalu, Prof Wan Mohd Nor meluncurkan buku penting berjudul Rihlah Ilmiah: Dari Neomodernisme ke Islamisasi Ilmu Kontemporer. Buku ini menggambarkan perjalanan intelektualnya, berguru kepada dua ilmuwan besar di abad ke-20 dan ke-21, yaitu Prof. Fazlur Rahman – pelopor gagasan neomodernisme – dan Prof. Naquib al-Attas – pelopor gagasan Islamisasi Ilmu kontemporer. Kini, bersama sejumlah cendekiawan muslim berkaliber tinggi, ia memimpin sebuah institusi pendidikan tinggi pasca sarjana bernama Center for Advanved Studies on Islam, Science, and Civilization (CASIS), Universiti Teknologi Malaysia, yang kini menjadi salah satu pusat perkaderan intelektual Muslim dari berbagai dunia.
Dalam artikelnya – yang dikutip dari monograp pidato professorialnya --- Prof Wan Mohd Nor menekankan pentingnya kaum Muslim memiliki kepedulian serius terhadap pengembangan institusi pendidikan tinggi. Sebab, institusi inilah yang paling strategis dan arkitektonis menentukan perkembangan suatu bangsa.
Mengutip pendapat sejumlah akademisi terkemuka, seperti Clerk Kerr, disebutkan, bangsa-bangsa yang bermaksud meraih pengaruh intenasional seyogyanya mendirikan pusat-pusat studi yang unggul (excellent) pada level tertinggi. (Clerk Kerr, “The Frantic Rush to Remain Contemporary” Deadalus. Journal of the American Academy of Arts and Sciences. Volume 94, No. 4 Fall 1964). 
Philip Coombs, mantan Undersecretary of State  AS semasa pemerintahan John F Kennedy, menyatakan, bahwa pendidikan dan budaya adalah “aspek keempat” dari politik luar negeri, disamping ekonomi, diplomasi dan aspek militer. Babak Perang Dingin telah meningkatkan kepentingan strategis dari Pendidikan Tinggi. Kini, persenjataan modern lebih bergantung pada ilmu pengetahuan ilmiah dibandingkan dengan hitungan tradisional jumlah tentara dan banyaknya perlengkapan militer. (Philip Coombs, The Fourth Dimension of Foreign Policy: Education and Cultural Affairs (New York: Harper and Row, 1964).
Pada 6 Juli 2013, saat bertindak sebagai keynote speaker dalam Seminar tentang Pendidikan Islam di Jakarta, Prof Wan Mohd Nor juga sudah memberikan penjelasan yang sangat mendasar tentang pentingnya para akademisi Muslim memberikan perhatian yang serius terhadap Pendidikan Tinggi dan terus berusaha melakukan proses islamisasi terhadap ilmu pengetahuan. Itu bukan berarti mengabaikan  pendidikan tingkat dasar dan menengah.
Tapi, perlu dicatat, bahwa para guru yang mengajar di pendidikan dasar dan menengah adalah produk dari pendidikan tinggi. Bukankah Nabi Muhammad saw juga sudah mengingatkan, bahwa anak-anak terlahir dalam kondisi fitrahnya. Kedua orang tualah yang mengarahkannya menjadi Majusi, Yahudi, atau Nasrani.
Seminar pendidikan Islam itu diselenggarakan oleh Program Pendidikan Islam Pasca Sarjana UIKA Bogor, bekerjasama dengan Casis-UTM dan AQL-Islamic Center pimpinan KH Bahtiar Nasir. Seminar juga mengambil tema Islamisasi Kurikulum Pendidikan Tinggi.
Pemakalah lain adalah Dr. Nirwan Syafrin (pakar pemikiran Islam, wakil rektor UIKA Bogor), Dr. Wendi Zarman  (pakar sains Islam, dosen UNIKOM Bandung), dan Adnin Armas MA (pakar filsafat Islam, direktur eksekutif INSISTS), Dr. Adian Husaini,  dan juga KH Bahtiar Nasir, Sekjen Majlis Intelektual dan Ulama Muda Indonesia (MIUMI).
Sebelum seminar di Jakarta tersebut,   pada 26 Juni 2013, Prof Wan  Mohd Nor  menyampaikan pidato profesorialnya yang bersejarah di UTM, berjudul “ISLAMIZATION OF CONTEMPORARY  KNOWLEDGE AND THE ROLE OF THE UNIVERSITY IN THE CONTEXT OF DE-WESTERNIZATION AND DECOLONIZATION.”  Pidato ini dihadiri oleh lebih dari 550 akademisi dari berbagai negara dan universitas serta disebut-sebut sebagai pidato ilmiah yang paling banyak menarik perhatian dalam sejarah universitas tersebut.
Dalam pidatonya -- yang sebagiannya dikutip dalam artikel di Jurnal Islamia INSISTS-Republika tersebut -- Prof Wan Mohd Nor menggambarkan fenomena global munculnya kesadaran kritis terhadap dampak buruk peradaban Barat bagi kemanusiaan. Menurutnya, globalisasi Eropa dimulai dengan perjalanan-perjalanan “penemuan” pada akhir abad ke 15.
Hal ini diikuti dengan imperialisme, yang dicirikan dengan adanya penaklukan dan pengendalian politik secara langsung dari kota-kota besar Eropa. 
Sejak abad ke-17 dan seterusnya, imperialisme ini berhasil terwujud berkat kolonisasi – dengan pembentukan komunitas-komunitas imigran di wilayah-wilayah penjajahan, meniru kota-kota besar, dan didukung dengan adanya perbudakan dan buruh kontrak. Itu menghasilkan kolonisasi — sebuah kondisi yang mengacu pada penundukan sistematis bangsa terjajah.
Perkembangan yang saling terkait ini, yang dimungkinkan oleh worldview Eropasentris yang menggambarkan perspektif epistemik tertentu, telah menimbulkan banyak penderitaan dan kerugian politik, ekonomi, serta sosial budaya penduduk asli. Dominasi Barat menjadi lebih intensif – dengan ikut berperannya Amerika Serikat pada pertengahan abad ke 20 dalam bentuk neokolonialisme – terutama melalui konsep modernisasi dan perkembangan, dan kemudian, melalui konsep demokrasi, kebebasan, dan hak asasi manusia.
Dijelaskan, bahwa kolonisasi memainkan peran penting dalam konsepsi dan sifat Perguruan Tinggi di semua negara yang baru merdeka. Dalam arti, bahwa meskipun banyak diantaranya yang didirikan sebelum kemerdekaan, namun keberadaan mereka hingga kini - dan pembentukan Perguruan Tinggi-perguruan tinggi yang baru – dibuat untuk melayani kepentingan modernisasi bangsa dan negara baru sesuai dengan pola yang "benar" ala Barat. Perkembangan ekonomi dari Negara-negara "belum berkembang" ini dipaksa untuk mengikuti dengan ketat semua tahapan Rostowian yang memungkinkan modernisasi termasuk penerapan semua lembaga yang memungkinkan pencapaian tersebut di Barat, termasuk perguruan tinggi-perguruan tingginya.
Kesadaran baru
Tapi, sejak era 1970-an, muncullah kesadaran akan dampak buruk westenisasi dan kolonisasi sehingga memunculkan wacana “de-westernisasi” dan dekolonisasi di berbagai belahan dunia.  Sejak tahun 1970-an pula, gerakan Ilmu Pengetahuan Pribumi (Indigenous Knowledge Movement), terutama di Amerika Utara, yang berusaha untuk menawarkan satu sistem alternatif bagi pendidikan dan ilmu pengetahuan -- selain yang ditawarkan Eropa --  menerima penghargaan dan pengakuan internasional.  Pada 1990-an, gerakan ini telah menghasilkan wacana dekolonisasi dan memikirkan kembali pendidikan bagi masyarakat pribumi.
Lebih jauh dipaparkan, bahwa adalah penting bagi warga demokrasi liberal Eropa untuk memahami suara-suara alternatif dan bahkan tidak setuju dengan yang lain, yang tidak hanya akan memperlambat roda neo-kolonialisme, tetapi yang lebih penting, akan membuat orang Barat memahami bagaimana mitos superioritas mereka telah merusak diri mereka sendiri.  “Mereka mungkin bisa mulai menangani ekses mereka sendiri, mempertanyakan lembaga dan gaya hidup mereka sendiri, sebelum memutuskan pada tindakan yang benar bagi orang lain.” (Peter Cox, “Globalization of What?”, hal. 6.)
Di tengah-tengah gencarnya isu terorisme Islam, Martin Jacques, dalam bukunya, When China Rules the World, justru mengungkapkan, bahwa tantangan yang lebih besar terhadap  peradaban Barat pasca Perang Dingin, bukanlah terorisme Islam, tetapi suatu era yang disebutnya sebagai "Era modernitas yang diperdebatkan".  Di antara banyak isu-isu kunci, Jacques berpendapat bahwa ide-ide yang berkaitan dengan makna kemajuan, pengembangan, dan peradaban tidak akan lagi identik dengan Barat.
Seorang pakar Cina kontemporer terkemuka, Huang Ping, dengan percaya diri menekankan perbedaan mendasar antara peradaban Cina dan Barat dan seseorang akan berpendapat bahwa, "Praktek Cina sendiri mampu menghasilkan alternatif konsep, teori, dan framework yang lebih meyakinkan.”
Ulrich Beck, seorang sosiolog di University of Munich dan London School of Economics, dalam sebuah wawancara belum lama ini, berbicara tentang bagaimana kesuksesan besar Modernitas Eropa pertama dari abad ke-18 hingga tahun 1960-an dan 1970-an kini telah menghasilkan konsekuensi yang tak terjawab, seperti perubahan iklim dan krisis keuangan. Dia menambahkan, "Krisis keuangan adalah contoh kemenangan interpretasi spesifik dari modernitas: modernitas neo-liberal setelah keruntuhan sistem komunis, yang menyatakan bahwa pasar adalah solusi dan semakin kita meningkatkan peran pasar , semakin baik. Tapi sekarang kita melihat bahwa model ini jatuh dan kita tidak memiliki jawaban." Menurutnya,  " ...modernitas Eropa adalah proyek bunuh diri ... Menciptakan modernitas kembali bisa menjadi tujuan khusus untuk Eropa.”
Demikianlah paparan tentang munculnya berbagai gerakan dewesternisasi dan dekolonisasi dari Prof. Wan Mohd Nor.  Paparan ini menyadarkan, bahwa munculnya usaha-usaha dewesternisasi dan dekolonisasi di belahan dunia – termasuk di Negara Barat sendiri – semakin memperkuat logika keabsahan adanya proses islamisasi dalam bidang keilmuan.
Banyak ilmuwan Muslim yang telah menulis tentang dampak buruk konsep keilmuan sekuler Barat terhadap kemanusiaan. Tetapi, sebuah langkah berdasar pada konsep yang sistematis dan mendasar telah dipelopori oleh Prof. Syed Muhammad Naquib al-Attas, yang sejak lama mengingatkan bahwa problem utama umat Islam adalah “problem ilmu pengetahuan” (the problem of knowledge).
Dalam berbagai karyanya, yang dimulai di awal 1970-an, Prof. Naquib al-Attas menjelaskan dasar-dasar perbedaan ontologis, epistemologis, etika dan budaya antara Islam dan Barat sekuler yang dominan. Al-Attas pun telah meluncurkan wacana serius tentang dewesternisasi dan dekolonisasi melalui proyek intelektual islamisasi pengetahuan kontemporer, yang berpusat di universitas. Menurut al-Attas, islamisasi adalah: “usaha untuk membebaskan manusia pertama-tamanya dari tradisi magis, mitos, animistik, kultur nasional, lalu membebaskan dari jeratan sekular yang membelenggu akal dan bahasanya. Orang Islam adalah orang yang akal dan bahasanya tidak lagi dikontrol oleh magis, mitos, animisme dan tradisi nasionalisme dan kulturalnya. Inilah perbedaan antara Islam dan sekularisme.”
Menurut Prof. Wan Mohd Nor, tujuan akhir dari dewesternisasi, dekolonisasi, dan Islamisasi pengetahuan dan pendidikan kontemporer harus benar-benar difokuskan pada pembentukan manusia yang tepat yang akan melakukan berbagai peran dalam masyarakat. Proyek dekolonisasi, de-westernisasi, dan Islamisasi bukan sekedar reaksi untuk kondisi eksternal yang tidak islami belaka, tetapi yang lebih penting, dan mendasar, adalah kembali kepada tujuan dan sifat asli manusia yang membawa manusia ke tujuan penerimaan dan penyebaran pengetahuan dan makna serta tujuan pendidikan, yakni terbentuknya manusia yang baik, manusia yang beradab.
Penjelasan pakar pendidikan Islam internasional ini sangat penting untuk kita renungkan dalam rangka mengevaluasi dan terus memperkuat gerakaaan Islamisasi ilmu dan juga lembaga-lembaga pendidikan.  Seperti ditegaskan Prof Wan Mohd Nor, di saat westernisasi dan kolonisasi dalam berbagai bentuknya masih berpengaruh dalam konteks globalisasi saat ini, upaya sejumlah ilmuwan Muslim untuk melakukan Islamisasi ilmu pengetahuan kontemporer,  bukan hanya usaha yang sah untuk mempertahankan identitas agama dan budaya mereka, tetapi juga usaha untuk menawarkan alternatif  yang lebih baik dari modernitas Barat, yang telah menunjukkan defisit yang serius pada level global.
Fakta menunjukkan, defisit modernitas Barat itu telah melintasi batas-batas agama, budaya, dan batas-batas negara, sehingga banyak ilmuwan non-muslim dan pembuat kebijakan di berbagai tempat menyampaikan hujjah tentang perlunya melakukan usaha de-westernisasi, dekolonialisasi, dan pribumisasi dari framework ilmu pengetahuan. De-westernisasi dan Islamisasi ilmu kontemporer – dalam keterkaitannya dengan konsep universitas Islam dan adab – adalah salah satu dari usaha-usaha ini. Bahkan, dibandingkan dengan gerakan sejenis, islamisasi ilmu kontemporer, lebih bersifat spiritual, komprehensif, universal dan lebih kuat pengaruhnya.
Penegasan Prof. Wan Mohd Nor tentang nilai strategis gerakan Islamisasi ilmu ini bisa kita jadikan sebagai bahan evaluasi proses gerakan islamisasi ilmu yang telah dan sedang diterapkan di lembaga-lembaga pendidikan Islam, mulai tingkat dasar sampai perguruan tinggi.  Kita perlu menekankan dan mengingat terus, bahwa hakekat dan tujuan pendidikan Islam adalah untuk mencetak manusia yang baik, seperti ditegaskan oleh Prof. Naquib al-Attas dalam bukunya, Islam and Secularism: “The purpose for seeking knowledge in Islam is to inculcate goodness or justice in man as man and individual self. The aim of education in Islam is therefore to produce a good man… the fundamental element inherent in the Islamic concept of education is the inculcation of adab…” 
Manusia diciptakan Allah dalam kondisi dan potensi yang berbeda-beda satu dengan lainnya. Dalam kaitan inilah, kita perlu memahami dan mengimplementasikan konsep keunikan manusia, sebagaimana disabdakan oleh Nabi Muhammad shalallahu ‘alaihi wassalam: “Manusia itu adalah barang tambang, laksana emas dan perak. Orang-orang terbaik  diantara mereka di masa Jahiliyah adalah orang-orang terbaik juga di masa Islam, apabila mereka faqih fid-ddin.” (Muttafaq 'alaih).
Manusia-manusia yang ingin kita hasilkan dari lembaga pendidikan kita adalah manusia yang baik, manusia yang bermanfaat untuk manusia. Godaan syahwat materialisme dan hedonisme telah banyak menggoda lembaga pendidikan untuk terjun ke pusaran pragmatisme di bidang pendidikan, khususnya di perguruan tinggi. Kekeliruan dan ketidaktahuan konsep ilmu dalam Islam telah menjerat banyak potensi-potensi unggul kaum Muslim ke pusaran pragmatisme, tanpa sadar melupakan amanah keilmuan dan keulamaan yang wajib diemban oleh ummat Rasulullah Shallallahu ‘alaihi Wassalam. 
Kita melihat, kini, tak sedikit sarjana-sarjana pintar yang terjebak dalam rutinitas pekerjaan, tanpa terpikir lagi untuk meningkatkan keilmuan fardhu ain dan fardhu kifayahnya. Tidak sedikit yang kemudian terjebak ke dalam kubangan kehidupan materialisme, dengan melupakan tujuan hidup dan kewajibannya sebagai umat pengemban dakwah Islam, mewujudkan misi rahmatan lil-alamin.
Itulah perlunya islamisasi ilmu, yang tujuan finalnya adalah untuk melahirkan manusia-manusia yang beradab tinggi, manusia yang mampu mengemban amanah khalifatullah dan amanah risalah kenabian. Apa yang dipaparkan oleh Prof Wan Mohd Nor kita jadikan sebagai bahan nutrisi tambahan untuk meningkatkan stamina kita dalam melakukan proses islamisasi yang tiada kenal henti. Sebab, tantangan intenal dan eksternal pun terus menghadang.  Wallahu a’lam bish-shawab.

Sabtu, 14 Desember 2013

Hancurnya Otak, Jiwa, & Fisik Akibat Nonton Porno

“Percayalah pornografi adalah suatu bencana yang kami, orang Amerika kesulitan menghadapinya. Negara kami dapat mempersiapkan perang,  senjata, dan tentara. Negara kami juga mampu menemukan obat-obatan mutakhir untuk menyembuhkan berbagai penyakit modern. Tapi untuk pornografi…believe me…. pada awalnya kami tidak siap dan tidak tahu cara apa yang harus dilakukan untuk melawannya. Kami bingung!” (Dr. Randall F. Hyde, Ph.D ) 
 
BERBEDA dengan 20-an tahun yang lalu, mengakses pornografi sekarang ini mudah sekali. Sama mudahnya dengan mengakses facebook dan twitter. Ya, lewat HP sudah bisa.Kebiasaan seseorang menonton film porno tak ubahnya seperti seseorang perempuan pergi belanja atau nyalon. Ibaratnya, akan dilakukan kapan pun ada waktu senggang. Dan seperti kita tahu bahwa pornografi mempunyai efek yang membahayakan otak, jiwa, dan fisik kita. Bahaya apa saja? 

1. Pornografi Merusak Jiwa
Kerusakan yang dapat ditimbulkan pornografi bagi pecandunya dari sisi kejiwaan tidak terlepas dari bekerjanya 4 jenis hormon tubuh, yaitu dopamin, neuroepinefrin, serotonin, dan oksitosin.

a. Dopamin
Dopamin bekerja untuk menimbulkan sensasi puas, senang, lega, gembira dalam dada. Namun, dopamine juga bekerja menuntut peningkatan level kenikmatan.
Contoh dalam kasus pornografi, misal seorang remaja pertama kali merasa senang bisa melihat gambar syur, berikutnya dopamin akan menuntut peningkatan kepuasan. Remaja tadi menjadi rasa ingin mengulang dan menambah, ganti gambar dan suara, terus gambar suara dan gerak, lagi…lagi…dan lagi. Seperti orang bermain game, ia akan merasa puas jika berhasil naik ke level permainan berikutnya.
b. Hormon Neuroepinefrin
Hormon epinefrin sebenarnya bekerja untuk memantik ide-ide kreatif. Misal  seorang pebisnis sejati, otaknya dipenuhi dengan yang namanya peluang dan keuntungan. Melihat sebuah kejadian, ia akan berpikir tentang peluang usaha yang bisa dijadikan ladang uang atau sumber bisnis baru. Instingnya dalam hal bisnis  tajam!
Sayangnya, jika hormon ini sudah dikendalikan oleh pornografi yang bersifat merusak, otak pecandu pornografi juga akan selalu dipenuhi dengan yang namanya pornografi dan seksualitas.
Apabila ia melihat gambar yang  merangsang sedikit saja, otak akan berpikir “kreatif” untuk berlaku menyimpang.
Kalau ada perempuan yang memakai baju terbuka, mungkin orang normal hanya akan berkata ” Wanita itu sungguh menggoda” . Namun bagi orang yang sudah kecanduan pornografi, akan berpikir, “Bagaimana ya rasanya berzina dengan dia…”
Itulah yang dirasakan orang yang sudah berurusan dengan pornografi. Jiwa dan pikirannya mulai rusak!
Akibatnya, para pecandu pornografi tidak bisa berpikir jernih, malas menuntut ilmu/ belajar, dan malas berpikir kreatif. Hal itu karena otaknya sudah dipenuhi dengan daftar kosakata atau kejadian yang bisa otak yang selalu bersambungan dengan yang namanya seks.
Inilah kerja  hormon neuroepinefrin yang sudah disutradarai oleh pornografi.

c. Hormon Serotonin
Hormon serotonin bekerja untuk memunculkan rasa nyaman dan tenang. Misal seseorang yang senang melihat pemandangan, ketika hatinya gundah ia akan pergi keluar untuk melihat pemandangan alam supaya hatinya tenang.
Itulah efek kerja dari hormon serotonin, yaitu membuat seseorang merasa nyaman saat hormon itu keluar.
Ketika seseorang bersentuhan dengan yang namanya pornografi, hormon itupun keluar. Efeknya, setiap pecandu pornografi itu orang itu jengah, sedih, tertekan, atau stress, dia akan lari ke pornografi ! Karena itu yang membuatnya tentram.

d. Hormon Oksitosin
Oksitosin sering dikenal sebagai “hormon cinta” karena hormon ini berhubungan erat dengan hubungan cinta suami istri, kesuburan, kontraksi selama persalinan dan kelahiran, dan pelepasan ASI saat menyusui. Hormon ini pula yang membantu kita merasa baik, dan itu memicu perasaan & perilaku untuk memelihara.
Itulah sistem kerjanya si hormon okitosin yang dapat membuat ikatan batin dan kejiwaan yang mendalam antara ibu dan anaknya. Hanya saja, bagaimana jika ikatan itu terjadi dengan pornografi?!!
Pornografi itu membuat hormon oksitosin bekerja secara terus menerus pada saat si orang tersebut mengakses pornografi. Akibatnya, pecandu tersebut menjadi terikat secara batin dengan pornografi! naudzubillah.
Inilah yang memunculkan rasa “butuh dan ketagihan” . Orang yang kecanduan pornografi memiliki rasa butuh, candu, tidak nyaman, jika tidak melihat pornografi selama beberapa hari.
Secara kejiwaan , berikut contoh-contoh perilaku yang ditunjukkan oleh korban kecanduan pornografi.
1). Terbentuk sifat kasar secara seksual yang semakin meningkat terhadap wanita.
2). Mulai menyepelekan perkosaan sebagai tindak kejahatan atau tidak lagi menganggapnya sebagai kejahatan.
3). Terbentuk persepsi yang menyimpang terhadap s3ks.
4).Muncul hasrat yang besar terhadap jenis pornografi yang lebih 
menyimpang, aneh, atau kejam (s3ks yang normal tidak lagi dirasakan memuaskan).
5).Menghilangkan nilai penting perkawinan dan mengurangi keyakinan bahwa perkawinan merupakan ikatan yang sah.
6).Memandang seks bebas sebagai perilaku normal dan alami 

2. Pornografi Merusak Fisik
Dan janganlah kamu mendekati zina; sesungguhnya zina itu adalah suatu perbuatan yang keji dan suatu jalan yang buruk. (QS Al-Israa’ 17: 32).
“…dan janganlah kamu mendekati perbuatan-perbuatan yang keji, baik yang nampak di antaranya maupun yang tersembunyi, … (QS Al-An’am 6: 151)
Jelas, kerusakan fisik akibat perzinaan yang diawali dari pornografi sangat besar peluang terjadinya.
3. Pornografi Merusak Pergaulan
Mereka yang terjangkit kecanduan pornografi, pasti pergaulannya akan ikut sakit. Berikut kerusakan dalam pertemanan yang diakibatkan oleh pornografi:
1).Suka menyendiri
2).Bicara tidak melihat mata lawan bicara
3).Prestasi di sekolah menurun
4).Suka berbicara jorok sehingga dijauhi teman-teman
5).Berperilaku jorok (menarik tali bra, menyenggol dengan sengaja bagian-bagian tubuh tertentu, dan lainnya)
6).Suka berkhayal tentang pornografi
7).Banyak minum dan banyak membuang urine
8).Mulai melakukan penyimpangan seksual ringan sampai berat.

Pelajar Kita Mesum, Para Ibu Ayo Turun Tangan

BEREDARNYA video mesum siswa SMP 4 Jakarta yang tadinya diduga merupakan kejadian berdasarkan suka sama suka kini ternyata karena sebuah paksaan. Hal ini dari pernyataan klarifikasi sang ayah dari wanita pelaku video mesum yang melaporkan kepada polisi. Menurut Sang ayah, video itu adalah tindakan bullying (Tribunnews.com/29/10/2013).
Kasus ini menambah fakta panjang mengenai gambaran kerusakan moral anak-anak bangsa.
Tahun 2008, jumlah anak yang tertayang sebagai subyek dan obyek situs porno sebanyak 4.000 orang. Namun, tahun 2011, jumlahnya meningkat empat kali lipat menjadi 16.000 orang. Sejak tahun 2005, Indonesia masuk dalam 10 negara yang paling banyak mengakses situs porno. Pada tahun 2005, Indonesia berada di posisi ke-7, tahun 2007 di posisi ke-5, dan tahun 2009 berada di posisi ke-3. Peringkat Indonesia cenderung meningkat seiring dengan pesatnya pengguna internet yang mencapai 55,2 juta orang, data tahun 2011 (Kompas.com/16/032012).
Komnas Anak juga melansir, 97% anak pernah nonton pornografi, 97% anak SD pernah mengakses pornografi (2009) dan 30% dari 2-2,6 juta kasus aborsi dilakukan oleh remaja usia 15-24 tahun. Berdasarkan data Depkomfino pada tahun 2007 , ada 25 juta pengakses internet di Indonesia. Konsumen terbesar 90% adalah anak usia 8-16 tahun, 30% adalah pelaku sekaligus korban prnografi adalah anak .
Lebih ironi lagi, Seperti dikutip dari mediaindonesia.com, sebelumnya Indonesia ada di peringkat ke 3 pada pertengahan Januari lalu setelah China dan Turki. Namun data terbaru kini Indonesia berada dalam peringkat pertama. Mayoritas pengunduh berusia remaja, 2012 (Metrotvnews.com/15/06/2012).
Remaja Kita, Asset Bangsa Kita
Remaja adalah pemuda yang mampu membawa bangsa menuju masa depan gemilang, namun jika para pemudanya mengalami krisis moral, mau dibawa kemana negeri ini?
Menurut World Population Prospect United Nations Departeman of Economic and Social Affair, sebanyak 1,2 miliar penduduk dunia atau hampir satu dari lima orang di dunia adalah berusia 10-19 tahun. Adapun 900 juta orang dianataranya tinggal di Negara berkembang. Di Indonesia sendiri hasil sensus penduduk tahun 2010 menunjukkan bahwa satu dari empat orang penduduk  Indonesia merupakan kaum muda berusia 10-24 tahun (Kompas.com, 08/08/2012).
Pemuda adalah mereka yang memiliki keistimewaan lebih dari pada yang lain. Seperti, akal, tenaganya yang prima, dan ilmunya. Dari ketiga rangkaian keistimewaan tersebut maka pemuda mampu menjadi motor penggerak perubahan bangsa menjadi lebih baik.
Berdirinya organisasi Budi Utomo pada tahun 1908 , adanya ikrar Sumpah Pemuda 28/10/1928, diproklamisakannya indoneisa menjdai negeri yang merdeka 17/8/1945 , dan pergantian orde baru menjadi reformasi dikarenakan gerakan pemuda. Pemudalah yang memotori perubahan.
Generasi berkualitas lahir dari rahim ibu yang cerdas. Banyak tokoh Islam yang berhasil dan melukiskan prestasi yang gemilang melalui didikan tangan orangtuanya, terutama ibunya. Seperti Imam syafi’I yang dibesarkan tanpa seorang ayah.
Ummu Sulaim ra., sosok ibunda yang sholeh dan cerdas melahirkan Anas bin Malik, salah satu dari tujuh sahabat yang banyak meriwayatkan hadis. Anas bin Malik ra. bahkan telah banyak ‘meluluskan’ ulama-ulama hebat dalam sejarah.  Tidak aneh karena Anas adalah seorang mufti, qari’, muhaddits dan perawi.
Anas bin Malik ra. banyak mencetak sejumlah ulama dan orang-orang penting di antaranya adalah Hasan al-Bashri, Ibnu Sirin, Asy Sya’bi, Abu Kilabah, Makhul, Umar bin Abdul Aziz, Tsabit al-Banani, Bakar bin Abdillah al-Mazani, az-Zuhri, Qatadah, Ibn al-Munkadir, dan masih banyak nama lainnya.
Istri Imran ketika mengandung Maryam, digambarkan al-Quran, mendoakan putrinya agar menjadi wanita salehah. Sejarah kemudian membuktikan bahwa Maryam adalah wanita pilihan Allah yang dari rahimnya lahir Nabi Isa AS. “Ingatlah ketika istri Imran berdo’a, “Tuhanku, sungguh aku memohon kapada-Mu, agar anak yang ada dalam kandunganku ini menjadi anak yang saleh dan berkhidmat.”(QS. Ali Imran:35) 
Penting Peran Ibu Menangani Krisis Moral Remaja
Pendidikan remaja tak terlepas dari peran keluarga, pendidikan pertama dan utama yang dilalui oleh anak. Terutama pendidikan ibunya. Ibu tak cukup hanya menjadi sesorang yang mampu memberikan kebutuhan secara materi kepada anak-anaknya. Namun ia juga menjadi ibu yang mampu mendidik anak, mengawasi anak, dan memperhatikan anak untuk menjadi penerus bangsa yang cerdas dan bermoral.
Maka kesibukan orangtua dalam bekerja hingga melalaikan dari memperhatikan anak adalah salah satu faktor yang menumbuh kembangkan anak berperilaku amoral dan jauh dari nilai-nilai agama.
Lengahnya orangtua terutama ibu akan memberikan kesempatan luas kepada media, televisi, internet dan handpohone untuk mendidik anak tanpa pantauan dari orangtua. Hingga anak bebas mengakses segala informasi yang ada dalam media,  pengaruh buruk sangat mudah merasuki pemikiran dan perilaku anak seiring mudahnya penyebaran informasi melalui digital.
Tentu ibu harus berani mengambil sikap untuk mau menjadi ibu yang peduli dengan perkembangan anak. Dengan menjadi ibu yang fokus mendidik anak tanpa lalai. Islam mendudukkan wanita pada posisi yang mulia yaitu pendidik dan pencetak generasi berkualitas. Dengan menanamkan akidah Islam sejak dini kepada anak-anak, memberikan pemahaman dan pengertian mengenai bagaimana islam mengatur pergaulan antara laki-laki dan perempuan, serta mengawasi anak dalam belajar terutama saat mengakses internet.
Selain itu ibu juga harus berusaha memberikan fasilitas kepada anaknya dengan layanan internet di rumah agar anak tidak terlalu bebas ke luar, seperti ke warnet dengan alasan mengerjakan tugas. Dengan begitu ibu lebih mudah mengawasi anak.
Membentengi anak dengan akhlak dan ajaran agama, menjalin komunikasi yang dekat dengan anak, memberikan koneksi internet yang mudah , sehat dan aman di rumah, mengarahkan dan memberikan contoh penggunaan internet sehat adalah beberapa langkah preventif yang mampu dilakukan oleh ibu (Kabarit.com/22/12/2010).
Orangtua adalah salah satu dari beberapa komponen yang berperan dalam keberhasilan mendidik anak. Karena dalam pendidikan anak tak terlepas dari keluarga, teman, lingkungan sekolah, masyarakat dan pemerintah. Maka membutuhkan sebuah visi yang sama antara komponen-komponen tersebut untuk menjadikan anak menjadi generasi yang berkepribadian islam dan memiliki intelektualitas tinggi. Hingga ia, para generasi muda mampu memanfaatkan ilmunya untuk kemaslahatan ummat, membawa bangsa menjadi yang lebih baik.

Jaga Pandangan, Cara Aman Pelihara Jiwa

BELAKANGAN ini, berita tentang kasus pemerkosaan kian ramai terjadi. Ironisnya, kasus pemerkosaan ini tidak saja dilakukan oleh mereka yang bisa dikatakan awam, tetapi juga dilakukan oleh oknum pegiat ilmu, aparat bahkan kalangan yang dikenal sebagai penjaga gawa hukum dan pengadilan.
Sebagai Muslim tentu kita semua sangat menyesalkan, mengapa kasus pemerkosaan dan tindakan asusila ini kian hari justru kian menjadi-jadi.
Akan tetapi, satu hal yang tidak bisa kita tunda adalah sesegera mungkin membentengi keluarga kita dari akar terjadinya segala macam bentuk tindak kemaksiatan, termasuk di dalamnya sebab utama sebuah pemerkosaan dan tindakan asusila terjadi.
Menundukkan Pandangan
قُل لِّلْمُؤْمِنِينَ يَغُضُّوا مِنْ أَبْصَارِهِمْ وَيَحْفَظُوا فُرُوجَهُمْ ذَلِكَ أَزْكَى لَهُمْ إِنَّ اللَّهَ خَبِيرٌ بِمَا يَصْنَعُونَ
“Katakanlah kepada orang laki-laki yang beriman: "Hendaklah mereka menahan pandanganya, dan memelihara kemaluannya; yang demikian itu adalah lebih suci bagi mereka, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang mereka perbuat.” (QS. An Nuur [24]: 30).
Menundukkan pandangan adalah perkara utama dan kunci dari keselamatan seorang Muslim dalam memelihara jiwa dan akalnya dari ‘jajahan’ hawa nafsu. Sepintas perintah ini seolah mudah alias gampang. Tetapi, kalau dipikir lebih dalam, ternyata perintah ini sangat penting untuk diamalkan.
Apalagi menjaga pandangan di zaman sekarang ini, betapa berat dan  sangatlah sulit.
Mengapa? Dalam sehari semalam, utamanya bagi mereka yang aktivitasnya di luar rumah, maka mata dalam situasi tertentu, mau tidak mau harus melihat hal-hal yang dilarang agama. Seperti melihat aurat kaum hawa dan lain sebagainya.
Masalahnya, di zaman modern seperti sekarang, di dalam rumah pun, mata kita harus melihat hal yang dilarang. Entah itu kala menonton televisi, maupun membuka situs berita, yang di dalamnya bukan saja berisi iklan yang memerankan perempuan, tetapi juga berita perempuan yang kadangkala foto yang ditampilkan sangat tidak relevan untuk dipajangkan.
Sekali mungkin dimaklumi, tetapi kalau ini terus terjadi setiap hari? Istilah orang sekarang, “Nggak di rumah, di jalan, di kantor, bahkan di hand phone, foto perempuan selalu menantang di pelupuk mata.”
Mungkin, kala al-Qur’an memerintahkan umat Islam di masa Nabi dahulu, sebagian orang melihat perintah ini (menundukkan pandangan) gampang dilaksanakan. Selain karena perempuannya memang sudah menutup aurat, teknologi zaman itu tidak seperti sekarang. Akhirnya, selama di dalam rumah, di jamin mata akan terjaga kesuciannya.
Berbeda sekali dengan zaman sekarang. Jangankan orang yang memang sengaja melampiaskan pandangannya, yang menundukkan pandangan pun tidak bisa 100 persen terjaga dari maksiat mata.
Untuk itu, Islam sebagai agama universal telah mengantisipasi kejadian seperti zaman sekarang ini. Empat belas abad silam, di saat manusia tidak seberapa dan teknologi informasi dan komunikasi tidak secanggih saat ini, Rasulullah telah memberikan nasehat yang sangat penting bagi Muslim zaman ini.
“Wahai Ali, jangan kamu ikuti pandangan pertama dengan pandangan berikutnya, karena yang pertama itu boleh (dimaafkan sedangkan yang berikutnya tidak.” (HR. Tirmidzi).
Alasan dari hadits tersebut dijelaskan pada hadits yang lain. “Pandangan mata adalah panah beracun di antara panah-panah iblis. Barangsiapa meninggalkannya karena takut kepada-Ku maka Aku ganti dengan keimanan yang dirasakan manis dalam hatinya.” (HR. Hakim).
Dua hadits ini telah memberikan penjelasan bahwa pandangan mata itu sangat berbahaya. Dan, dari beberapa kasus pemerkosaan yang terjadi, sebagian besar berawal dari pandangan mata yang dilampiaskan. Oleh karena itu, menjaga mata atau menundukkan pandangan sungguh sangat penting untuk diamalkan.
Jangan Ada Niat Buruk
Bagaimana ternyata jika upaya kita menjaga pandangan tidak benar-benar maksimal, karena memang sekarang gambar atau ‘perhiasan’ perempuan ada dimana-mana?
Kita harus tetap pada posisi tidak melampiaskan pandangan untuk menikmati hal-hal yang diharamkan Islam. Jika pemandangan haram itu tetap tidak bisa dihindari maka sungguh Allah Maha Mengetahui.
يَعْلَمُ خَائِنَةَ الْأَعْيُنِ وَمَا تُخْفِي الصُّدُورُ
“Dia mengetahui (pandangan) mata yang khianat dan apa yang disembunyikan oleh hati.” (QS. 40: 19).
Menafsirkan ayat tersebut, Ibn Katsir mengatakan bahwa Allah memberikan kabar tentang ilmu-Nya yang sempurna dan meliputi segala sesuatu, baik yang terhormat dan yang hina, yang besar dan yang kecil, atau pun kasar dan yang lembut, agar manusia waspada terhadap pengetahuan-Nya kepada mereka.
lebih dari itu juga agar kita malu kepada Allah Ta’ala dengan sebenar-benarnya malu dan bertakwa kepada-Nya dengan sebenar-benar takwa, serta merasa diawasi-Nya dengan pengawasan orang yang mengetahui, bahwa Dia melihatnya.
Kemudian, Ibn Katsir mengutip penjelasan Ibn Abbas terhadap ayat tersebut. “Yaitu, seorang laki-laki yang masuk ke sebuah rumah yang salah seorang penghuninya terdapat wanita cantik, atau wanita itu sedang melewatinya. Jika mereka lengah, dia pun menoleh kepada wanita itu. Dan, jika mereka mengawasi, dia pun menahan pandangannya. Sesungguhnya Allah Ta’ala Maha Mengetahui hatinya yang berkeinginan, seandainya dia berhasil melihat auratnya.” (HR. Ibn Abi Hatim).
Kewajiban Muslimah
Jika pada ayat 30 dari Surah Al-Nur Allah memerintahkan secara gamblang kepada Muslim laki-laki untuk menundukkan pandangan. Maka pada ayat ke-31 Allah tidak saja memerintahkan Muslimah hanya menundukkan pandangan. Lebih jauh juga menutup perhiasan yang haram dilihat lelaki bukan mahrom.
“Katakanlah kepada wanita yang beriman: "Hendaklah mereka menahan pandangannya, dan kemaluannya, dan janganlah mereka menampakkan perhiasannya, kecuali yang (biasa) nampak dari padanya. Dan hendaklah mereka menutupkan kain kudung kedadanya, dan janganlah menampakkan perhiasannya kecuali kepada suami mereka, atau ayah mereka, atau ayah suami mereka, atau putera-putera mereka, atau putera-putera suami mereka, atau saudara-saudara laki-laki mereka, atau putera-putera saudara lelaki mereka, atau putera-putera saudara perempuan mereka, atau wanita-wanita islam, atau budak-budak yang mereka miliki, atau pelayan-pelayan laki-laki yang tidak mempunyai keinginan (terhadap wanita) atau anak-anak yang belum mengerti tentang aurat wanita. Dan janganlah mereka memukulkan kakinya agar diketahui perhiasan yang mereka sembunyikan. Dan bertaubatlah kamu sekalian kepada Allah, hai orang-orang yang beriman supaya kamu beruntung.” (QS. 24: 31).
Ayat tersebut secara eksplisit sangat panjang, selain karena tidak ada salah paham, rincian tersebut memberikan penegasan bahwa siapa saja Muslimah yang tidak hati-hati terhadap perhiasannya, maka sadar atau tidak, ia sedang dalam potensi bahaya yang berpotensi merusak diri dan masa depannya.
Oleh karena itu, dari hati yang terdalam, pihak mana pun harus mendukung Muslimah negeri ini untuk menutup auratnya, karena itu adalah perintah langsung dari Allah Ta’ala yang menciptakan manusia itu sendiri. Sungguh, tidak bisa dibayangkan betapa sangat murkanya Allah kepada siapa pun yang menghalangi kaum Muslimah menjalankan perintah Allah Ta’ala yang Maha Hidup Maha Benar lagi Maha Mengetahui.
Bahaya Melampiaskan Pandangan
Seorang konsultan keluarga pada sebuah majalah komunitas mengatakan bahwa menurut para pakar penyakit hati (qalbu), antara mata dan hati terdapat jalur penghubung. Manakala pandangan mata sudah rusak dan bobrok, hati pun ikut rusak dan bobrok serta menjad kotak sampah tempat berbagai najis dan kotoran.
Ia tidak layak lagi menjadi tempat bersemayamnya ma’rifat tentang Allah, kecintaan terhadap-Nya, ketundukan kepada-Nya dan ketentraman serta kegembiraan dengan dekat bersama-Nya. Qalbu seperti ini hanya akan diisi dengan keburukan demi keburukan.*

Rabu, 11 Desember 2013

NASEHAT UNTUK SAHABAT MUDA

Kami persembahkan nasehat ini untuk SAHABAT MUDA terkhusus para pemuda dan remaja muslim. Mudah-mudahan nasehat ini dapat membuka mata hati mereka sehingga mereka lebih tahu tentang siapa dirinya sebenarnya, apa kewajiban yang harus mereka tunaikan sebagai seorang muslim, agar mereka merasa bahwa masa muda ini tidak sepantasnya untuk diisi dengan perkara yang bisa melalaikan mereka dari mengingat Allah subhanahu wata’ala sebagai penciptanya, agar mereka tidak terus-menerus bergelimang ke dalam kehidupan dunia yang fana dan lupa akan negeri akhirat yang kekal abadi.

Wahai sahabat muda muslim, tidakkah kalian menginginkan kehidupan yang bahagia selamanya? Tidakkah kalian menginginkan jannah (surga) Allah subhanahu wata’ala yang luasnya seluas langit dan bumi? Ketika kalian takjub dengan wanita cantik atau perjaka rupawan, itu tidak sebanding dengan kemolekan wanita surga, ketika engkau melihat kecanggihan teknologi, itu tak sebanding dengan kecanggihan syurga, jika engkau melihat indah menawanya suatu panorama dunia juga tak seindah syurga.

Ketahuilah, jannah Allah subhanahu wata’ala itu diraih dengan usaha yang sungguh-sungguh dalam beramal. Jannah itu disediakan untuk orang-orang yang bertaqwa yang mereka tahu bahwa hidup di dunia ini hanyalah sementara, mereka merasa bahwa gemerlapnya kehidupan dunia ini akan menipu umat manusia dan menyeret mereka kepada kehidupan yang sengsara di negeri akhirat selamanya. Allah subhanahu wata’ala berfirman:

وَمَا الْحَيَاةُ الدُّنْيَا إِلَّا مَتَاعُ الْغُرُورِ

“Kehidupan dunia itu tidak lain hanyalah kesenangan yang menipu.” (Ali ‘Imran: 185)

Untuk Apa Kita Hidup di Dunia?
Wahai para pemuda, ketahuilah, sungguh Allah subhanahu wata’ala telah menciptakan kita bukan tanpa adanya tujuan. Bukan pula memberikan kita kesempatan untuk bersenang-senang saja, tetapi untuk meraih sebuah tujuan mulia. Allah subhanahu wata’ala berfirman:

وَمَا خَلَقْتُ الْجِنَّ وَالْإِنْسَ إِلَّا لِيَعْبُدُونِ

“Dan tidaklah Aku ciptakan jin dan manusia melainkan agar mereka beribadah kepada-Ku.” (Adz Dzariyat: 56)

Beribadah kepada Allah subhanahu wata’ala dengan menjalankan segala perintah-Nya dan menjauhi semua larangan-Nya. Itulah tugas utama yang harus dijalankan oleh setiap hamba Allah.

Dalam beribadah, kita dituntut untuk ikhlas dalam menjalankannya. Yaitu dengan beribadah semata-mata hanya mengharapkan ridha dan pahala dari Allah subhanahu wata’ala. Jangan beribadah karena terpaksa, atau karena gengsi terhadap orang-orang di sekitar kita. Apalagi beribadah dalam rangka agar dikatakan bahwa kita adalah orang-orang yang alim, kita adalah orang-orang shalih atau bentuk pujian dan sanjungan yang lain.

Umurmu Tidak Akan Lama Lagi

Wahai para pemuda, jangan sekali-kali terlintas di benak kalian: beribadah nanti saja kalau sudah tua, atau mumpung masih muda, gunakan untuk foya-foya. Ketahuilah, itu semua merupakan rayuan setan yang mengajak kita untuk menjadi teman mereka di An Nar (neraka).

Tahukah kalian, kapan kalian akan dipanggil oleh Allah subhanahu wata’ala, berapa lama lagi kalian akan hidup di dunia ini? Jawabannya adalah sebagaimana firman Allah subhanahu wata’ala:

وَمَا تَدْرِي نَفْسٌ مَاذَا تَكْسِبُ غَدًا وَمَا تَدْرِي نَفْسٌ بِأَيِّ أَرْضٍ تَمُوتُ إِنَّ اللَّهَ عَلِيمٌ خَبِيرٌ

“Dan tiada seorangpun yang dapat mengetahui apa yang akan dilakukannya besok. Dan tiada seorangpun yang dapat mengetahui di bumi mana dia akan mati. Sesungguhnya Allah Maha mengetahui lagi Maha Mengenal.” (Luqman: 34)

Wahai para pemuda, bertaqwalah kalian kepada Allah subhanahu wata’ala. Mungkin hari ini kalian sedang berada di tengah-tengah orang-orang yang sedang tertawa, berpesta, dan hura-hura menyambut tahun baru dengan berbagai bentuk maksiat kepada Allah subhanahu wata’ala, tetapi keesokan harinya kalian sudah berada di tengah-tengah orang-orang yang sedang menangis menyaksikan jasad-jasad kalian dimasukkan ke liang lahad (kubur) yang sempit dan menyesakkan.

Betapa celaka dan ruginya kita, apabila kita belum sempat beramal shalih. Padahal, pada saat itu amalan diri kita sajalah yang akan menjadi pendamping kita ketika menghadap Allah subhanahu wata’ala. Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:

يَتْبَعُ الْمَيِّتَ ثَلاَثَةٌ: أَهْلُهُ وَمَالُهُ وَعَمَلُهُ, فَيَرْجِعُ اثْنَانِ وَيَبْقَى وَاحِدٌ, يَرْجِعُ أَهْلُهُ وَمَالُهُ وَيَبْقَى عَمَلُهُ.

“Yang mengiringi jenazah itu ada tiga: keluarganya, hartanya, dan amalannya. Dua dari tiga hal tersebut akan kembali dan tinggal satu saja (yang mengiringinya), keluarga dan hartanya akan kembali, dan tinggal amalannya (yang akan mengiringinya).” (Muttafaqun ‘Alaihi)

Memahami Filosofi Harta

 
 MELIHAT lebih dasar akan fenomena saat ini, sebenarnya masyarakat berpikir materialistik. Masyarakat lebih menghargai seseorang dari segi materi. bisa dilihat gejalanya yang ada dimasyarakat,mereka masih memandang bahwa kesuksesan seseorang itu dilihat dari kekayaanya, bukan keilmuan dan amal shalih. Begitu pula dengan pergaulan, pertemanan pun diukur dengan materi.

Seharusnya manusia harus mengetahui filosofi harta terutama para pejabat publik. harta memang untuk mencukupi kehidupan sehari-hari. namun wajib memperhatikan bagaimana cara kita memperolehnya. Harus dengan cara yang baik, tidak menabrak norma agama, sosial dan budaya yang fitah. Dengan demikian akan menjadi sarana beribadah kepada Allah SWT.

Dari praktek yag selama ini muncul, mencari harta dengan membabi buta dan menghalalkan segala cara adalah bentuk fasat (cara yang batil) lagi sesat.
Satu-satunya yang bisa merubah adalah kebali kepada agama yang hanif. Jadikan ia sebagai sumber pedoman, inspirasi dan koreksi bagi  praktek kehidupan.

Selasa, 10 Desember 2013

ANDAI AL QUR'AN BISA BICARA, MAKA IA AKAN BERKATA :


Sometime they put me on dirty places to dispel ghost and jinn as they said.
Terkadang Aku diletakan ditempat-tempat kotor, katanya untuk mengusir hantu dan jin.
And forgotten there, I am left too.
Dan disana juga Aku dibiarkan tertinggal dan dilupakan.
With respect I do get lots of kiss after reading.
Dengan penuh hormat Aku banyak dicium setiap kali selesai dibaca.
But,
Tapi,
My main point is what they always miss
Pelajaran dan petunjuk utama yang ada padaku selalu terlupakan
Neglecting the message inside me.
Mereka mengabaikan pesan yang ada padaku.
At times I am used foor phony swear,
Ada kalanya aku digunakan untuk bersumpah palsu,
I was taught by your Prophet Mohammad p.b.u.h, and depended with tear and blood.
Aku diajarkan oleh Nabi Muhammad Saw, dan dipertahankannya dengan air mata dan darah.
Right from wrong is my fame,
Memperingatkan kebenaran adalah kemahsyuranku.
So, you must read me, learn me, and told everyone the content of me.
Maka bacalah aku, pelajarilah Aku, dan sampaikan isi yang ada padaku.
Because,
Karena,
Holy Qur'an is my name.
Al Qur'an Al Karim adalah namaku.

Minggu, 08 Desember 2013

MARI MELESTARIKAN BAHASA AL QUR'AN

TEGURAN (TAHIYYAH)

Selamat datang = Ahlanwasahlan
Selamat pagi = Sabahal kheir
Selamat siang = Naharak sa'ied
Selamat sore = Masa'al kheir
Selamat tidur = Tasbah(in) 'ala kheir
Selamat jalan = Ma'assalama
Apa kabar? = Keifa haluka?
Baik = Bikheir
Sampai jumpa = Ilalliga'
Silakan masuk = Tafaddal(i) biddukhul
Minum apa? = Isy tasyrab?
Apa saja = Ayyi haja
Silakan minum = Tafaddal(i) isyrab(i)
Permisi = 'An iznak(ik)
Selamat Hari Raya = Kullu sanah wanta(i) tayyib(a)


Ungkapan (Ta'bierat)


Indonesia | Arab
Ya = Aywa
Tidak = La
Jangan = La
Bukan = Musy
Mungkin = Ja'iz
Kira-kira = Tagrieban
Tentu = Tab'an
Kalau mungkin = Iza mumkin
Belum tentu = Musy akied
Selalu = Da'iman
Sering = Katsiran
Jarang = Nadir
Terpaksa = Mudhtar
Maaf = Aasif(a)
Tidak faham = Musy fahim(a)
Terima kasih = Syukran
Terima kasih kembali = 'Afwan
Silakan = Tafaddal(i)
Saya lupa = Nasiet
Benar = Sah
Salah = Ghalat

Kata Tanya (Istifham)

Indonesia | Arab
Apa? = Isy?
Apa ini? = Isy haza?
Apa itu? = Isy zaka?
Apa lagi? = Isy Kaman?
Ada apa? = Isy fie?
Apa artinya = Isy ma'nah(a)?
Mau apa? = Isy tibgha(in)?
Apa maksudmu? = Isy ta'ni?
Untuk apa? = 'Asyan eisy?
Siapa? = Mien?
Siapa Anda? = Mien enta(i)?
Siapa dia? = Mien hua(hia)?
Untuk siapa? = Li mien?
Dari siapa? = Min mien?
Mana? = Fein?
Mana dia? = Fein huwa(hia)?
Kemana? = 'Ala fein?
Mana mungkin? = keif yumkin?
Apa mungkin? = Hal mumkin?
Kapan? = Meta?
Mengapa? = Leisy?
Bagaimana? = Keif?
Berapa? = Kam?
Berapa semua? = Kam Kulluh?
Berapa rial? = Kam rial?
Berapa rupiah? = Kam rubiah?
Berapa orang? = Kam nafar?
Jam berapa? = Kam assa'a?